Ga usah serius bacanya yak. Ini
hanya potongan kisah gue, dan siapa tau kalian pernah mengalaminya dan bisa
memberikan solusinya. Siapa tau kan?
Salah satu hal paling
membosankan. Menunggu. Yah, karena penantian yang nggak pasti sampai saat ini,
gue resmi jadi pengangguran. Â Hal yang
sering dilakukakan, hanya membunuh waktu dengan berdiam diri di kamar. Nggak diem
juga sih. biasanya gue lebih suka tidur sambil makan gitu. Percuma juga keluar
rumah, kalo seorang diri. Nggak ada yang bisa diajak becanda bareng, ngobrol
bareng. Gue nggak membicarakan tentang pacar ya, gue nggak minat. Tapi, kalo
ada cewe yang tertarik sama gue, gue nggak enak nolak sih.
Gue termasuk orang yang nggak
tegaan. Entah itu nggak tegaan dengan barang ataupun orang lain. Contohnya aja
ya, gue nggak tegaan aja liat makanan dianggurin. Makanya setiap nyokap masak,
gue nggak tegaan aja untuk nggak ngehabisin makanannya. Begitu juga dengan
nggak ke-tegaan gue terhadap sesama. Gue lbih suka membantu orang, walaupun
sebenarnya hal itu merugikan gue. qoute bagus dari bang Oka
orang nggak enakan itu paling nggak tega sama orang lain, tapi tanpa sadar menjadi sosok paling tega untuk dirinya sendiri. @darapayoga_
Minggu ini, gue akan di penuhi
jadwal untuk belajar. Gue menjadi perwakilan untuk mengikuti pelatihan dari
alumni kampus yang nantinya akan menjadi kampus gue juga. Di awal, ketika gue
dikabarin kalo gue menjadi salah satu pelajar yang menikuti pelatihan, gue
seneng. Itu tandanya, gue akan sibuk belajar dan tentunya gue nggak nganggur di
rumah. Waktu gue bisa dihabiskan untuk mempelajari hal-hal baru, dan nggak
hanya untukmakan sambil tidur aja. Yah, tapi nggak tau juga sih kedepannya
bakalan seperti itu atau nggak.
Universitas yang gue maksud
adalah Al-azhar. Lebih tepatnya Al-azhar Kairo. Kalo diliat dari riwayat hidup
gue sebagai anak pondok, yang melanjutkan pendidikannya ke Al-azhar, mungkin
nggak ada yang kaget. Udah hal biasa. Tapi perlahan, rasa semangat gue untuk
masuk ke sana, memudar. Kuliah di Al-azhar harus menggunakan bahasa arab, dan
itu artinya gue akan kembali lagi untuk membaca buku berbahasa arab.
Berinteraksi lagi dengan hapalan Qur’an. Dan itu juga berarti, gue harus kuliah
dengan cowo lagi. Selama hidup gue tujuh tahun di pondok, dan hanya berisikan
santri-santri cowo, dan sekarang gue harus kuliah lagi dengan cowo-cowo. Again?
Kapan gue bisa sekelas sama ceweee??!!!
Inilah yang membuat gue nggak
semangat lagi untuk pergi kesana. Semua ini gue lakukakn, semata hanya untuk
membahagiakan orangtua. Gue sadar diri, karena memang merasa belum pernah
sekalipun membahagiakan mereka. dan bersyukur, kelulusan gue ini bisa
membahagiakan mereka. Dan untuk kesekian kalinya, gue diliputi rasa bimbang. Dimana,
gue ingin merasakan kuliah di Indonesia, berteman dan sekelas dengan lawan
jenis, bisa ngobrol bareng, becanda-becanda bareng, atau bahkan jadian, kalo
dia lagi khilaf. Dan di satu sisi lain, gue ingin membahagiakan orangtua. Pilihan
yang sulit.
Jujur aja, gue merasa minder
dengan temen-temen di pelatihan ini. Mereka yang selalu semangat untuk belajar,
yang selalu semangat untuk menghafal Al-Qur’an, sedangkan gue yang
kebalikkannya dari mereka. Tragis banget.
Pertanyannya sekarang, apakah
yang akan kalian pilih ketika di posisi gue saat ini? Membahagiakan orangtua
kalian, yang tentunya mebiayai biaya kuliah kalian, atau memilih untuk
mengikuti apa kata diri sendiri?
Tags:
Dailylife
udah ikuti omongan orang tua, pasti gampang suksesnya. tapi juga harus dibarengi semangat kamu lo.
ReplyDeletedan sepertinya kamu bisa ngimbangi kok kalo ke al-azhar. :) keep going guys
haha, kayak emang harus seperti itu sih.
Deleteminta doanya aja deh, hehe
Duh apa ya. bingung juga. kalo aku Shalat istiqarah.
ReplyDeletehhaah, bener'' tuh mass....
Deleteikutin kata orang tua aja dulu,toh jika kita ikhlas mengikuti apa kata orang tua pasti orang tua bangga sama kita,itu kan yang kamu harapkan bisa mbikin orang tua bahaggia. :)
ReplyDelete