“Mi, pinjem anduk dong” kata
gue.
“Gue nggak punya, belom beli
juga nih” jawab Fahmi.
"Hasu, beneran loh. Minjem bentaran aja"
“Yaelah, kayak dulu di pondok aja sih, mat.
Loncat-loncat gih” lanjutnya.
Ini percakapan antara gue
dengan Fahmi, teman gue yang rumahnya saat itu sedang gue tumpangi untuk
beberapa hari selama gue berada di Alexandria.
Dan percakapan itu, berhasil
membawa fikiran gue menuju kenangan saat di pondok dulu. Agak lebay sih
memang, hal sepele seperti ini saja bisa membuat diri gue Flashback ke
moment yang sudah berlangsung empat tahun lalu. Tapi, ya masa bodo lah ya.
Kali ini gue cerita sedikit tentang
pengalaman di pondok gue aja lah ya. Jarang-jarang juga kan?
Penasaran kan sama ceritanya?
Ceritanya kalian pura-pura
penasaran aja lah ya
Oke, gue ceritain nih.
**
Pondok gue memiliki banyak
sekali kegiatan mulai dari pagi hingga malam. Pagi hari di mulai dengan
teriakan pengurus ke penjuru asrama, serta bunyi berisik dari pintu yang
dipukul oleh gayung. Yang melakukan hal itu ya, pengurus juga. Tujuannya supaya
para anggota -gue salah satu anggotanya- bangun dari tidurnya, kemudian
mempersiapkan dirinya untuk shalat shubuh. Biasanya para anggota yang telah
bangun dari kasurnya, mereka beranjak pergi menuju kamar mandi untuk mengambil air
wudhu. Sisanya, ada yang melanjutkan tidur di dalam lemari, atau di tempat jemuran. Tapi kebanyakan dari para anggota, termasuk gue, melanjutkan tidurnya
didepan kamar mandi. Entah mereka jongkok, duduk, ataupun sambil berdiri.
Tinggal bersenderan di tembok, tidur lagi deh.
Pengurus yang iseng, dan
kampret, biasanya akan berjaga di sekitar kamar mandi. Di tangannya ada gayung yang
terisi penuh oleh air. Yang kemudian airnya disiramkan di tempat duduk, serta
tembok. Tujuannya agar para anggota tidak bisa bersenderan ke tembok. Setelah itu, pengurus kampret akan berjalan keluar dari kamar mandi tanpa meminta maaf kepada para anggota yang telah mereka ganggu tidurnya.
Sebelum adzan shubuh, para
anggota yang telah selesai berwudhu, duduk rapi didepan kamar. Membuat dua
baris shaf rapi, sambil memegang Al-qur’an. Tapi yang dilakukan setelah itu adalah kami memegang pundak teman yang
duduk disamping kami, tujuannya untuk bergantian
pijet-pijetan supaya mata ini tetap terjaga dari rasa kantuk. Walaupun, kami para anggota tau, kalau hal itu sia-sia.
Ya obat dari rasa ngantuk itu kan cuman dengan tidur. Bener kan?
Ketika ada pengurus yang sedang berkeliling, baru lah kami para anggota pura-pura membuka halaman Al-qur’an. Dan hal itu diulang, sampai masuk waktu untuk shalat shubuh berjamaah.
Ya obat dari rasa ngantuk itu kan cuman dengan tidur. Bener kan?
Ketika ada pengurus yang sedang berkeliling, baru lah kami para anggota pura-pura membuka halaman Al-qur’an. Dan hal itu diulang, sampai masuk waktu untuk shalat shubuh berjamaah.
**
Jam 6 pagi, itu tandanya dapur
telah terbuka. Yah, walaupun aslinya memang nggak ada pintunya juga sih. Makanan pagi hari nggak akan jauh-jauh dari rasa pedas. Entah itu sambel
terasi, sambel kerupuk, tempe dengan kecap pedas yang biasanya disebut tempe
oli, sambel pecel, dan sambel-sambel yang lain. Itu ketika zaman gue sih, nggak
tau deh kalo saat ini menu makanannya seperti apa.
Sebelum berangkat menuju dapur,
yang disiapkan pertama kali dari kamar adalah sandal. Iya, kalau nggak ada
sandal, nggak bisa berangkat ke dapur. Kalau nggak punya piring, kan bisa
pinjam ke teman yang telah selesai makan.
Serius deh, hidup di pondok
dulu kayaknya gampang banget. Yang susah hanya menjadi petugas piket asrama
hari kamis aja.
Selesai makan, biasanya para
santri langsung menuju kamar mandi yang terletak disebrang dapur. Hanya kamar
mandi, tanpa toilet. Kamar mandi ini biasa disebut dengan sebutan Ancol, kepanjangannya
nggak usah dikasih tau juga lah ya. Kamar mandi ini, memiliki bak yang panjang,
dan tingginya hanya sepinggang. Kemudian setiap kamar mandi hanya
dipisahkan oleh tembok-tembok yang tingginya hanya sepundak orang. Jadi yang
mandi disamping kita, bisa terlihat.
Nggak ada handuk, nggak ada
gayung. Ketika mandi disini hanya menggunakan piring, bahkan banyak juga yang
hanya menggunakan tangannya langsung untuk membasahi badannya dengan air.
Sabun? Ya minjem lah. Jadi kalau misalkan yang mandi sepuluh orang, biasanya
yang bawa sabun hanya satu atau dua orang. Nggak mungkin semuanya yang mandi
bawa sabun. Sampho? Biasanya sebelum makan, mereka yang ingin membersihkan
rambutnya telah menaruh samphonya diatas kepala mereka. Jadi saat mereka makan,
kepala mereka seperti terkena kotoran burung. Padahal aslinya mah ya sampho.
Kalau dari semua yang mandi nggak ada yang bawa sabun, yaah. . . . Santai aja lah. Mau pamer sama siapa juga, toh satu pondok isinya cowo semua.
Kalau dari semua yang mandi nggak ada yang bawa sabun, yaah. . . . Santai aja lah. Mau pamer sama siapa juga, toh satu pondok isinya cowo semua.
Setelah selesai mandi, mereka
nggak langsung mengenakan pakaian mereka. Tapi mereka lompat-lompat terlebih
dahulu, supaya badannya nggak terlalu basah. Yah, walaupun basah-basah juga
sih. Jadi setiap gue masuk ke kamar mandi Ancol ini, gue akan melihat
sekeliling, setelah menemukan ada yang sedang loncat-loncat, gue akan berjalan
menuju tempatnya.
Itu kalau gue sedang bawa
sabun.
Kalau nggak bawa sabun, ya gue
akan berusaha mendekati teman gue yang bawa sabun.
Kalau nggak ada yang bawa, ya bodo amat lah. Yang penting basah.
Ehe
**
Kalau nggak ada yang bawa, ya bodo amat lah. Yang penting basah.
Ehe
**
Kangen juga sama moment loncat-loncat itu.
Hmm...
Kalau kamu, kangen sama aku nggak?
Cie gitu
Tags:
Dailylife
Ketika mandi disini hanya menggunakan piring
ReplyDeleteAneh loh
Mandi itu biasanya pake air y
Inu mandi pake piring
.
Kali misalkan engga ada yg bawa sabun gimana tuh?
sebahagia lu ae, nik
DeleteKini kita tahu kenapa kangguru loncat-loncat. Nggak punya anduk.
ReplyDeletegue baru kepikiran loh ini, beneran.
Deletehahaha
huwooowww...nangiss deh ah.
ReplyDeleteemang keren ya anak Gontor tuh, diajarin sederhanaaa bgt
sederhananya. banget'', na :((
Deletehuhuhu
tapi ga bakalan terlupakan sih
Sukses lu ji
ReplyDeleteangstum juga, usta
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJadi, alexandria itu nama tempat yah? Baru tau gue..
ReplyDeleteItu pondok mana ji? Emang kebanyakan asrama/pondok pada gitu semua yah.. ahahaha
lu ingetnya kalo alexandria itu, nama albumnya peterpan kan? ngaku lu?!
Deletedi jawa timur, uy. iya, emang ngenes'' gitu, tapi susah dilupain
Berat banget ya kehidupan anak pondok :(
ReplyDeletebanget :((
DeleteHahhahhaa gitu ya, lucu sih tapi miris juga.. sampe sampe pake sampo udah di atas kepala dan ngeringin badan pake loncat loncat. Tapi yang kaya gitu emang ga terlupakan yah mas
ReplyDeleteOh mas dulu anak gontor toh ?
Wah kereeen..
lucu sama miris, kayaknya beda jauh deh. haha
Deleteemang paling keinget banget sih, kalo moment kampret kayak gitu.
ho oh.
saa ae ah, jadi maluk
Cara jitu ya loncat-loncat ngeringin badan sambil nambah tinggi badan.. Hmm... Patut dicoba nih.
ReplyDeletehahahaha praktis juga tinggal loncat-loncat kalau ga bawa handuk. Makasih tipsnya kalau lagi kepepet.
ReplyDelete