Liburan musim dingin kali ini
sepertinya gue lebih sering menghabiskan waktu untuk berpergian ke luar kota
ketimbang menjalani rutinitas yang gue cintai berupa ‘enggak melakukan kegiatan
apapun diatas kasur’. Memang salah satu resolusi yang gue tuliskan ditahun ini
adalah mengunjungi beberapa tempat wisata di Mesir, dan Alhamdulillah bisa
tercapai.
Kadang hal-hal iseng yang gue
inginkan dan dituliskan di buku catatan yang gue miliki, bisa terjadi tanpa gue
sangka. Kuncinya adalah sing penting
yaqin! The power of Law of attraction.
Kali ini gue akan menceritakan
tentang salah satu kota di Mesir yang bernama Siwa, yang merupakan destinasi
wisata yang banyak dikunjungi oleh para mahasiswa Indonesia disini dan juga
para traveller yang berkunjung ke Mesir.
Perjalanan kemarin, di mulai pagi
hari. Tepatnya jam satu pagi. Walaupun di grup sudah dibilangi agar berkumpul
ketika jam 12 malam, tetap saja akan ngaret. Rombongan gue kali ini terdiri
dari 13 orang, 6 cowo serta sisanya adalah ciwi-ciwi. Sebetulnya gue lumayan
bimbang untuk ikutan berangkat, karena sebelumnya gue sudah pernah ke dua kota
tersebut di tahun lalu. Tapi karena biaya yang ditawarkan kali ini lebih murah
dibandingkan harga biasanya, makanya gue ikutan. Terlebih lagi, gue masih
ketagihan dengan offroad di Siwa.
Yang gue siapkan hanyalah dua
celana panjang, mengantisipasi celana gue akan robek seperti di Sinai kemarin,
dua kaos tipis, powerbank, serta satu novel yang sudah berbulan-bulan
enggak selesai dibaca. Tau alasannya kenapa gue hanya membawa peralatan
seadanya seperti itu? Karena destinasi yang gue tuju adalah padang
pasir, bukan bukit Sinai yang dingin itu. Ditambah lagi, cuaca Kairo yang sudah
tidak terlalu dingin dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Tapi semua yang gue rencanakan,
tiba-tiba hancur berantakan. Ketika sampai di tempat pemberhentian untuk makan
siang, cuaca yang gue kira akan cerah ternyata digantikan dengan awan berwarna
gelap serta hujan yang pelan-pelan semakin deras turunnya. Apakah dingin?
Banget, nyet. Pake nanya segala lagi lu.
Kan yang ngomong lu sendiri,
su
Jaket yang gue bawa sama sekali
enggak berguna, kulit gemuk gue pun sama saja . Enggak bisa menahan kencangnya angin
serta hujan. Liburan yang gue kira akan berakhir dengan bahagia, ternyata sudah
ada cobaannya sebelum sampai ke tempat tujuan. “Harusnya gue enggak ikutan”
kalimat ini terus-terusan bermunculan di kepala gue. Sampai akhirnya, tanpa
sengaja ada rombongan mahasiswa Indonesia lainnya yang beristirahat di tempat
yang sama seperti rombongan gue. Setelah ditanya, ternyata mereka
baru saja pulang dari tempat yang ingin gue tuju. Ketika ditanya tentang cuaca
disana, jawaban mereka adalah,
“Iya. Disana ujan terus cui. Awet
bos”
HALAH TAY
**
Destinasi pertama yang kita
kunjungi di Siwa merupakan Jabal Dakrur. Tempat yang biasanya akan ramai
didatangi oleh para ketua kabilah-kabilah yang ada di kota Siwa setiap tahunnya
untuk membahas kejadian-kejadian yang terjadi di kota tersebut. Biasanya perkumpulan ini
diadakan setelah panen kurma. Wajar saja, karena memang kota ini terkenal
dengan banyaknya kebun kurma. Nah, selain orang-orangnya yang ramah, disini kita bisa membeli kurma dengan berbagai rasa sebagai oleh-oleh. Makanya gue enggak kapok pergi ke Siwa.
Jabal Dakrur |
Danau garam berasa salju |
Rombongan gue enggak bisa
berlama-lama di tempat ini karena cuaca disini kurang mendukung. Hujan yang
semakin deras, serta waktu offroad
yang sebentar lagi akan di mulai. Tapi sebelum offroad kita sempat
mengunjungi danau garam. Gue sebetulnya sudah pernah mengunjungi tempat ini,
tapi ketika awal kesini belum sempat mencicipi air danaunya. Apa benar asin, atau
jangan-jangan manis kayak muka gue.
Gilani
Dan akhirnya offroad yang
gue tunggu-tunggu datang juga. Asyeek!!
Alhamdulillah-nya,
ketika offroad hujannya sudah berhenti, hanya menyisakan hawa-hawa
dingin yang terkadang suka menusuk-nusuk badan. Satu mobil berisikan 7 orang. Inti
dari offroad ini sebenernya hanyalah mengelilingi padang pasir menggunakan
mobil. Tapi yang seru adalah si supirnya ini. mereka dengan seenaknya saja
mengambil jalur ekstrim. Kayak merasa enggak berdosa aja gitu, bikin
penumpangnya olahraga jantung dan mengeluarkan sumpah serapah. Orang-orang kayak gini sih pasti SIM nya nembak.
Yaqin akutu. Gue pun masih enggak menyangka, kok bisa ya padang pasirnya seperti
ini. Dan yang lebih gendeng-nya lagi, mobilnya kok ya kuat menghadapi jalur seperti ini. Sesekali sepertinya gue harus melihat di situs jual beli mobil seperti ini. Biar di Jakarta nanti mobil gue siap diajak kemana-mana.
Setelah dibikin mabok, kita
diantarkan menuju oase air panas, sambil menghangatkan kaki plus minum teh
hangat khas Siwa. Gue mulai enggak peduli terhadap suasana dingin ini, karena
terlalu banyak hal menyenangkan yang bisa gue nikmati saat ini. Seandainya saja
kita lebih fokus dengan hal yang menyenangkan dan banyak bersyukur, ketimbang
terlalu sering mengeluh. Pasti akan lebih bahagia hidup ini.
Kesambet apaan, bisa nulis bijak gini
Setelah diantarkan ke dua oase,
air panas dan dingin, para supir mengetes kejantanan kami para penumpang pria. Oh
tentu saja, gue enggak teriak-teriak minta tolong. Tapi ini beneran gila
jalanannya. Naik, kemudian belok seenak jidat si supir, lalu tiba-tiba posisi
mobil sudah nungging kedepan, bersiap untuk meluncur kebawah. Untung pantat gue
masih tetap di kursi, kalo misalnya akibat si supir yang mengendarai mobil
seenaknya kemudian pantat gue pindah tempat ke mukanya pak supir, gimana? Bukan salah gue
kan ya kalo hidungnya terhalang sama pantat gue? Naik mobil ini, serasa menaiki wahana yang ada di pasar malam. Enggak
ada pengamanannya. Tapi bikin nagih!
Oase air dingin |
Perjalanan berakhir dengan Sandboarding.
Gue enggak mau nulis gimana keseruannya, karena sebelumnya sudah gue tulis. Coba
aja baca disini ya.
Kalau difikir-fikir lagi, sepertinya gue memang salah kostum juga sih. Karena mengira tempat ini akan dipenuhi sinar matahari, eh kenyataannya malah sebaliknya. Ke tempat dingin seperti ini malah mengenakan sandal gunung, bukannya menggunakan sepatu boots yang bisa membuat kaki lebih hangat. Sepertinya gue harus cek Tokopedia untuk bisa melihat berbagai macam sepatu pria casual yang harganya terjangaku untuk gue gunakan di Mesir. Siapa tau kedepannya gue bisa menjelajahi Mesir di kota-kota lainnya, atau siapa tau nanti gue akan tidur di tengah padang pasir, seperti yang gue alami di tahun kemarin, yaitu bermalam di tengah gurun padang pasir. Lebih banyak pilihan sepatu-sepatu bagus dan terjangkau di Indonesia ketimbang disini.
Sebelum kembali ke hotel, kita
dibawa ke Camp mereka untuk beristirahat sekaligus makan. Ini memang sudah termasuk dari biaya offroad. Disini kita
akan diberi makan berupa ayam, yang cara masaknya benar-benar ruar biyasak. Mereka
meletakkan ayam yang telah diberi bumbu, dibawah tanah. Enggak tepat dibawah
tanah juga sih. Jadi didalam tanah tersebut terdapat tong yang nantinya akan ditaruh
lauk serta nasi yang akan dihidangkan. Ditambah lagi, si koki Mesir ini
mempraktekan cara menaruhnya dengan bahasa arab yang di campur dengan bahasa Korea.
Sarange oppa.
Sambil menunggu proses
masaknya, gue serta yang lainnya berendam di kolam air panas. Gila. Asoy banget. Setelah
beberapa hari sebelumnya enggak pernah mandi, akhirnya gue mandi juga. Senior-senior
gue malah lebih parah, seminggu lebih enggak mandi. Gue engga tau deh, seberapa
banyak daki yang ada di sore hari itu.
Hah, gue enggak akan pernah bosan dan menyesal untuk datang ke tempat ini lagi. I'm in love with you Siwa!!
Tags:
Travel
Udah optimis panas dan bawa barang seadanya, malah taunya hujan. Jadi inget pas ke Bandung waktu itu. Aturan cuma seminggu, tapi 5 hari berturut hujan terus dan nggak jadi-jadi pergi. Liburan pun diperpanjang jadi dua minggu demi tetap bisa main ke Bukit Moko. Tapi ya tetep aja waktunya kebanyakan tiduran di kontrakan temen. :(
ReplyDeleteMaaf ya, saya nggak nembak SIM. Saya pakai biro jasa. Wqwq, padahal intinya sama. :p
gile, jadi dua minggu.
Deleteemang kadang ada aja yang bikin rencana liburan terganggu. tapi ya di nikmati aja. jangan dibawa sedih, kan lagi liburan.
ehe
Jadi pengin jalan-jalan ke mesir hehe. nice post btw
ReplyDeletesyukron katsiran, ehehe :)
DeleteNama Jabal Dakrur biasanya cuma denger aja, tapi ini lihat langsung, ya, meskipun hanya lewat foto aja. Makasih lho..
ReplyDeleteSiapa tahu nanti bisa kesini juga, pengen ke turki juga..
Mungkin aku juga bakal merasakan hal yang sama, dan nggak akan bosan kalau ke situ. Btw, nggak ada yang jualan kah, Mas? he
amiiiin
Deletesemoga bisa ke mesir dan ke turki yak!!
gue juga pengen ke turki nih. ehehe
enggak ada yang jualan uy di tengah padang pasir.
padahal enak juga tuh bisa makan mie goreng di tengah padang pasir
sepanjang jalan kenangan aku terfokus sama bagian "Seandainya saja kita lebih fokus dengan hal yang menyenangkan dan banyak bersyukur, ketimbang terlalu sering mengeluh. Pasti akan lebih bahagia hidup ini. "
ReplyDeleteiya ini tumben banget, kesambet peri garam apa gimana..
tapi bener ugaaa tuuu begitu, terkadang kita fokus sama keluh kesah yang ga guna buat pikiran makin sempit. jadi lupa bersyukur.
itu oase air dingin talentnya adem ya *eh
terus, di pic pertama kirain om jin di pilem jin dan jun -_-
dannnn, aku kira di mesir cuma ada musim panas yang gersang, baiklahh jadi tertarik. buat giveaway dong tour ke mesir dan sekitarnya gitu.
iya nih, abis kelilipan debu pas main offroad
Deleteehe
tengkyu loh pujiannya.
emang lagi cosplay jadi jin tomang sih nih.
doain saja.
tapi sepertinya gue lebih tertarik menghambur-hamburkan uang, kalo punya sih, buat pergi jalan-jalan, ketimbang buat giveaway. hahah
sumpah fotonyaaa bikin iri kaya di gugel gugel gituu
ReplyDeletesemoga suatu hari bisa kesana, Aamiin
aku herannya, mobilnya gak selip ya?
keinget kalo di padang pasirnya bromo motor kaya udah engaaap buat melajuu
sama gak kena pasir pasir gitu matanya? gak kelilipan?
haha, noraknya sayaa
amiiinnn
Deletesemoga bisa kesini yak!!
oh tentu tidak dong, anak kuda
kan sudah 4wd