Gue sering denger pengalaman temen-temen gue
yang sangat beruntung ketika menghadapi petugas bandara. Banyak yang membawa
barang melebihi batas maksimal yang telah ditentukan tapi berhasil lolos.
Caranya dengan menampilkan muka memelas, mengaku bahwa barang ini sangat
dibutuhkan oleh mahasiswa perantauan dan petugas pun dengan senang hati
megizinkannya. Tapi ketika gue praktekkan, kenyataannya enggak kayak gitu.
Asu
Sebenernya gue cukup ragu untuk membawa
komputer yang telah gue beli saat liburan kemarin. Tapi berbekal cerita temen,
gue meyakinkan diri sendiri serta orangtua, bahwa hal ini bukan masalah. Everythings gonna be fine. Di
pemeriksaan awal pun, juga baik-baik saja. Enggak ada tanda-tanda kalau komputer
gue ini akan dilarang untuk dibawa ke kabin pesawat nanti.
Sebelum memasuki ruang tunggu, ada dua petugas
yang memeriksa barang bawaan penumpang. Giliran gue yang diperiksa. Petugas ini
bilang, bahwa komputer gue enggak boleh dibawa naik ke pesawat. Setelah selesai
diperiksa, barulah gue bertanya,
“Kalo komputernya enggak boleh dibawa ke kabin,
kenapa sejak dari awal enggak ada pemberitahuan ya, mas?”
“Oh. Emang sengaja”
Bgst
“Barangnya dititip saja di ruang maskapai kita,
nanti kawan atau saudaranya ambil disana saja, mas” lanjutnya.
https://www.cnnindonesia.com |
**
Ada beberapa cara agar komputer gue bisa
diantarkan keMesir. Entah itu dengan gue yang pulang ke Jakarta, atau dengan
membeli bagasi orang lain yang ingin berangkat ke Mesir. Sepertinya gue enggak
akan mengambil opsi pertama, karena selain menghamburkan uang, nyokap gue
khususnya, akan ngamuk kalau hal itu beneran terjadi. Dan bokap gue dengan
senang hati akan mencoret nama gue dari kartu keluarga.
Gue enggak mau itu terjadi.
Selain belajar di kampus-kampus Mesir, banyak
hal yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia disini. Ada yang membuka usaha rumah
makan, menjadi tour guide, menjual
bumbu serta makanan asli Indonesia, dan ada juga yang seperti gue sebutkan diatas,
berjualan bagasi. Segala hal bisa dibikin uang, kalau mau.
Gue kenalan dengan penjual bagasi dari salah
satu grup Facebook. Dari pengumuman yang gue baca, seminggu lagi dia akan
kembali ke Mesir. Gue telah mengabari orangtua gue agar bisa mengirimkan komputer
ke alamat si penjual bagasi tersebut. Semuanya berjalan lancar. Nyokap yang
tadinya enggak mengizinkan, akhirnya berubah fikiran setelah memenangkan
arisan. Barang telah dikirimkan ke rumah si penjual. Dan sekarang hari-hari gue
diisi dengan rasa tidak sabar untuk bertemu dengan si benda kesayangan. Makin
ditunggu, malah terasa makin lama.
**
Di hari h si penjual sampai ke Mesir, tanpa
sadar gue telah mengirimkan banyak pesan Whatsaap, menanyakan tentang komputer
gue. Yang dihubungi malah menghilang, enggak ada kabar. Oh mungkin belum beli
paketan internet.
Malam harinya, si penjual ini mengabarkan bahwa
komputer gue tidak dibawa. Alasannya, karena dia lupa. Asu. Karena memang gue
nya yang terlalu berharap ke si penjual, makanya agak nyelekit ketika mendengar
bahwa barang yang gue titipkan enggak dibawa. Tapi, si penjual ini bilang bahwa
temannya nanti akan membawanya ke Mesir. Dan dengan gobloknya gue senang
mendengar hal itu. Merasa bahwa masih ada setitik harapan.
Selama sepuluh hari penantian, hasilnya tetap
sama. Asu memang. Gue sekarang mulai mengerti, kenapa seharusnya kita ini tidak
berharap kepada manusia lain, karena hasilnya enggak selalu seperti yang kita
harapkan. Ah elah. Emang gue nya aja
yang lagi sial ketemu makhluk kampret seperti ini. Atau mungkin makhluk kampret
ini secara enggak langsung menyuruh gue agar berharap itu hanya kepada Yang
Maha Pengasih? Haaahh… kan sudah terjadi, jadi diambil hikmahnya saja.
Walaupun telah dibohongi makhluk kampret, gue
masih positive thinking bahwa komputer
gue akan tetap datang. Meskipun sepertinya lebih lama dari waktu yang telah gue
perkirakan.
Setelah bertemu satu orang kampret, ternyata
gue masih menemukan makhluk kampret lainnya. Dari akhir Desember, sampai bulan
Maret gue seperti dikerjai oleh mereka, dan komputer gue telah berkali-kali
pindah tempat. Sampai akhirnya, minggu kemarin barang gue telah dibawakan oleh
penjual bagasi lainnya. Enggak usah nanya, gimana ekspresi gue ketika membaca
pesan dari si penjual bagasinya bahwa komputer gue telah tiba di Kairo. Seneng
banget!!
https://giphy.com |
Mirip kayak quote
dari John Lennon,
Everything will be okay in the end. Of it’s not okay, it’s not the end.
Pernah ngerasain quote-nya si John Lennon itu cocok kayak kisah lu juga enggak?
Tags:
Dailylife
beneran komputer, bim
ReplyDeletebukan laptop
hehehe
Asli deh, lu ini kayak kurang kerjaan mau bawa komputer jauh-jauh gitu, Zi. -___-
ReplyDeleteKalau soal kutipan Lennon, kayaknya keadaan saya masih belum oke-oke aja sampai sekarang. Ya, berarti ini belum berakhir, kan? Makanya saya masih berusaha terus dalam hal apa pun~
oh banget. makanya nyari kerjaan, yog
Deleteehehehe
semangat bosque~
Kok kenapa harus bawa PC sih, Mas? Atau nggak laptop aja yang lebih mudah gitu..he
ReplyDeleteAtau memang susah dijauhkan dengan komputer kesayangan.. :D
Kesel juga ya menanti komputer yang seharusnya datang lebih cepat tapi ini lama banget..
maunya sih juga laptop. tapi belom punya, mau beli dananya masih kurang.
Deletemau ga mau ya dikirim lah pc nya
ehehe
Widih widih, kayaknya bisa dah ngebayangin rasanya akhirnya sesuatu yang diinginkan bisa didapatkan. Setelah beberapa kali diphp dan digantung-gantungkan kesana kemari akhirnya dapat itu pasti rasanya.... ah, gak bisa dilukiskan dengan aksara
ReplyDeleteapalagi pas beneran barang yang ditunggu-tunggu telah ada di gengaman tangan.
Deletebahagia bget uy
Nuiaat betul ya bawa komputernya ke Mesir, apa mau dibuat games atau apa kenapa kudu komputer?
ReplyDeleteUntung aja ya gak dibohongi, cuma diminta sabar hehe
itu PC gk boleh masuk kabin tapi boleh masuk bagasi kan mat?
ReplyDeletePC Dewa mau ane bawa pulang nih... wehehehe
oyya... semangat ya ngeblognya, mayan udah nangkring di page 2.
ReplyDeletesemoga segera page 1.
sering-sering lah curhat di blog.