Di penghujung liburan musim panas yang akan
berakhir sebentar lagi, teman-teman ane mencetuskan ide untuk berlibur keluar
kota sejenak. Dimyat, nama kotanya. Kira-kira jarak dari Kairo, ke Dimyat ini
seperti Jakarta-Sukabumi lah. Dimana di tempat itu kita bisa melihat keajaiban
Tuhan, berupa pertemuan dua lautan. Marajal
bahrain yaal taqiaan.
**
Kalau melihat tentatif acara, ane serta
teman-teman yang lain seharusnya berangkat tepat saat jam 12 malam. Tapi, ya
karena memang kita manusia dari bibit yang berbeda-beda yaaa kannn, jadi mundur
beberapa jam.
Jam 12 malam, teman-teman ane yang nantinya
akan menyupir mobil baru bisa beristirahat setelah kelelahan dengan game PUBG.
Sedangkan ane serta yang lainnya, baru memulai memasak untuk perbekalan di
Dimyat nanti. Karena kami mahasiswa rantau yang mempunyai budget terbatas, jadi sebisa mungkin liburan kali ini enggak perlu
mengeluarkan uang berlebihan.
Disini, liburan digunakan untuk menyegarkan
fikiran. Kalau hanya menghamburkan uang, lebih baik digunakan untuk mentraktir
gebetan makan.
Perjalanan dimulai jam 2 pagi. Rombongan yang
ikut kali ini berjumlah 12 orang, yang terdiri dari 7 orang pria serta 5
perempuan. Ane disuruh menjadi co-pilot, pendamping supir, karena ukuran badan
ane yang enggak mungil. Dan dikhawatirkan akan memakan banyak tempat kalau
harus duduk dibagian tengah maupun belakang.
Ngaku gemuk ae susah
lu, Cahyono
Sebetulnya, di perjalanan malam ini mau ane gunakan untuk beristirahat. Tapi nyatanya enggak bisa semudah itu. Selain karena
enggak enak untuk meninggalkan temen yang mengendarai mobil sendirian,
manusia-manusia yang duduk di barisan belakang memang ah elah... mau nulis
kasar, ntar takutnya mereka baca.
Kurang lebih mereka digolongkan dengan perempuan yang banyak mau. Mau dibeliin rumah, mau dibeliin makanan, mau menyuruh supir untuk menurunkan ane di tengah jalan. Pokoknya gitu lah.
Malam itu ane mempunyai tugas mulia, karena enggak ingin diturunkan di tengah jalan, yaitu
menjadi manusia yang harus mengikuti kemauan para penumpang. Mereka ini adalah
para perempuan-perempuan yang-buset-daaaah-doyan-bener-nyanyi-tidur-dong-elah.
Satu lagu belum habis, langsung request lagu
lain. Ada yang minta lagunya Via Valen saat Asian Games kemarin, tapi hanya
hafal bagian reff nya aja.
“...................”
“YOOOK YO AYOOOOK YO AYOOOOK”
“KITA AAA NNAAA NAAA”
"Eh aku lupa liriknya iki mbak. Nah nah ini mau reff lagi"
“YOKKK YO AYOOOOK”
Bedebah.
Bikin kaget.
Begini lah bunda, betapa pentingnya mengajarkan
anak-anak sejak dini untuk engga minum susu langsung dari puting beruang.
**
Jam Tujuh pagi kami tiba di destinasi pertama.
Monumen Ferdinand De Lessep. Apakah tempat ini ramai dengan banyak orang seperti Monumen Nasional yang berada di Jakarta? Oh tentunya enggak. Terkesan biasa
banget malah. Tapi yang keren dari tempat ini adalah daerahnya yang lenggangg
dan enak dilihat. Bangunan-bangunan tua, jalanan yang ukurannya besar, tempat
ini sangat sempurna untuk dijadikan sebagai tempat latihan mengendarai mobil.
Setelah puas berfoto ria serta mengelilingi
kota, kami melanjutkan perjalanan selanjutnya. Sepanjang mata memandang, perjalanan
kami ditemani oleh pemandangan berupa hamparan laut luas yang berada disisi kanan mobil. Serta disebelah
kiri, ya apalagi kalau bukan padang pasir. Maunya sih pedagang kaki lima yang sedang berjualan sate taichan, martabak, atau telur gulung.
Posisi duduk ane berubah karena telah ditempati
oleh penumpang yang seharusnya duduk dibelakang. Lumayan bahagia, karena dengan
ini ane enggak perlu repot menuruti permintaan para perempuan-perempuan ganas yang
doyan nyanyi pas bagian reff lagunya
aja.
Ketika sampai di Dimyat, ane serta yang lainnya
disambut dengan sinar terik matahari. Kalau saja perjalanan ini bukanlah yang
pertama kali, ane akan dengan senang hati memilih untuk menunggu di mobil
sambil melanjutkan tidur.
Setelah bertanya kepada petugas yang berjaga,
ternyata di tempat ini kami enggak bisa melihat secara langsung tempat
pertemuan antara dua laut seperti yang tertulis di Kitab suci Al-Qur’an. Satu-satunya
cara adalah dengan menaiki kapal yang beroperasi setiap sore hari.
Walaupun enggak bisa melihat keajaiban alam
secara langsung, senggaknya kami punya kenangan bersama akan tempat ini.
Segala hal yang dilakukan bersama-sama akan selalu terasa indah.
Betul tida jamaa?
Berasa kayak punya temen banyak aje lu, Bambang!
Ceritanya belum selesai sampai disini kok, masih ada lanjutannya. Bakalan di update hari sabut depan.
Tags:
Travel
Monas banget yang jadi perbandingannya? Haha.
ReplyDeleteSecara enggak langsung gue jadi merhatiin komposisi foto lu. Rumus yang bagian 2/3 dan 1/3. Ada dua foto yang porsi langitnya dominan. Ada juga yang seimbang pas anak kecil pakai topi lagi lari. :)
Enggak segala hal yang bersama-sama itu indah, Zi. Boker bersama rasanya tidak indah. :(
Gue malah ga sampe merhatiin kayak gitu, yog. Hahaha
DeleteYaaa.... Bener juga sih. Lgian blom prnah dger ada org yg boker trus yg lain nyaut mau join
oba sih foto nya yang banyak juga,misal pas di mobil,pas nyanyi-nyanyi minta reff nya via vallen itu.wkwk
ReplyDeletepernah punya impian kesana,tapi restu dari orang tua ga goll hemm
Ga ada serunya juga ngerekam org nyanyi tpi hapal reffnya doang, ca
DeleteUsaha terus aja cuy!!
Mungkin saya bisa masuk ke tim nya embak-embak yang doyan nyanyi, tapi cuma hapal di bagian reff nya aja itu. Tolong ambilkan formulir pendaftarannya, ya, pak?
ReplyDelete*bhaique*
Karena udah kesitu tapi belum bisa lihat pertemuan dua lautnya, mungkin lihat video 2 air laut itu di yutub bisa jadi alternatif. *garing banget ini kayaknya ide gue* wqwq
Kebetulan kertas formulirnya udh d bakar semua nih, mas
DeleteKu jadi ingin ke Dimyaaaaaaattt!!
ReplyDeleteNaik kapal sore itu bayar berapa? Hehe
Lo photographer banget ya? Fotonya bagus-bagus. Keren. :))
Harganya ga sampe bikin lu jual diri kok, gip
DeleteBaru belajar cuy
Tengkyu :*
Ciamik nih foto-fotonya!
ReplyDeleteSeru ya belajar di negeri orang.
Syukron katsiran, han!!
DeleteMas foto lu keren, komposisinya atau apanya tu pokonya fotonya keren haha tp mana itu foto pertemuan dua lautnya saya mencari2? itu yg fenomena dua laut beda warna bertemu itu bukan si? :-D
ReplyDeletetengkyu, gita.
Deletenah makanya baca cerita sebelumnya. hahaha
Liburan ala Mahasiswa emang ga perlu mahal. Yang penting ada. Dan bersama. Dari sekian foto, saya malah bingung, kok foto barengannya gak ada? Apakah saya berhalusinasi? Apakah ini mimpi? Hah?
ReplyDeleteada kok tuh diatas
Deletelebih baik nraktir gebetan. hehehe
ReplyDeletegimana kalau liburannya sama gebetan?
Liburan sendiri ataupun sama teman yang terpenting adalah refreshing dan 'learning'