Pada umumnya mahasiswa disini
menggunakan bis sebagai alat transportasi. Dari satu tempat ke tempat yang
lain. Aplikasi Go-jek belom masuk, hanya Uber aplikasi yang bisa digunakan.
Kendaraan sepeda motor disini pun kebanyakan digunakan para anak muda untuk
jalan-jalan. Entah untuk boncengan berempat kayak cabe-cabean di Jakarta, atau
sekedar membuat motornya berdiri dalam waktu yang lama. Mereka belom mempunyai
inisiatif untuk membuka usaha pangkalan ojek didekat terminal bis. Kalau pun
benar ada, kayaknya enggak akan laku juga.
Untuk para mahasiswa Indonesia.
Kalau untuk para mahasiswa
Malaysia mungkin beda cerita.
Satu hal yang gampang
ditemukkan antara mahasiswa Indonesia dengan pelajar Malaysia adalah dengan
caranya menego harga kendaraan. Kalau jaraknya dekat, dan supir kendaraan
mematok harga yang enggak masuk akal, pelajar Indonesia akan menego dengan
harga dibawahnya. Jika supir masih keukuh enggak mau menurunkan harga, kami akan
pura-pura pergi dengan harapan dipanggil lagi. Meskipun seringnya enggak
dipanggil lagi.
Kadang nego harga dan minta
tumpangan gratis itu beda tipis.
Selain bis, kami sering
menggunakan angkutan umum yang kalo disini biasa disebut dengan tramco.
Bentuknya berbeda dengan angkot yang ada di Indonesia. Bentuknya seperti mobil
travel yang bisa memuat dua belas orang dibelakang, dan tiga orang didepan, dan
delapan anak onta diatas kap mobil.
Ane sebenarnya enggak terlalu
suka jika harus menaiki tramco. Karena harganya yang bisa naik dan bisa
turun dari harga biasanya, kelakuan supirnya yang kadang bikin kesel, ditambah
dengan ngebutnya mobil saat dikendarai. Yang bagian terakhir sebenarnya enak,
karena bisa sampai tempat tujuan dengan lebih cepat. Tapi pasti akan ada
penumpang perempuan atau pun ibu-ibu yang akan meneriaki supir dan memintanya
untuk memperlambat laju kendaraan.
Salah ibunya sendiri sih,
kenapa harus duduk di stir mobil, kan ngalangin pandangan supir. Gelo.
Yang membuat malas untuk naik
mobil ini adalah jika diri ane yang kebetulan bertanggung jawab atas uang-uang
penumpang yang lain. Kalau biasanya bayar angkot di saat tujuan kita telah
sampai, disini berbeda. Diawal duduk, kami para penumpang akan mengeluarkan
uang dari kantung celana, lalu mengopernya agar sampai menuju tangan pak supir.
Jadi tiap orang yang duduk
didalam mobil menyerahkan uangnya ke ane. Lalu dengan kemampuan bahasa amiyah
yang ala kadarnya berusaha ane ucapkan ke supirnya. Satu, dua, sepuluh orang
bisa ane selesaikan dengan lancar. Giliran orang terakhir,
“Lah kok mahal banget. Biasanya
enggak segini!”
“Loh emang harganya segini kok.
Wajar”
“Saya enggak mau. Turunin saya.
Sekarang”
Adegannya mirip seperti
pasangan yang sedang bertengkar. Tapi percayalah, hal seperti ini sering
terjadi didalam tramco.
Si penumpang dan si pak supir
mulai teriak-teriak menggunakan bahasa sunda. Ya bahasa Arab dong, kan mereka
bukan berasal dari Cimahi. Mungkin mereka berdua merasa enggak ada orang di mobil,
jadi teriakannya maksimal. Padahal kenyataannya si penumpang kampret ini posisi
duduknya tepat dibangku belakang ane, muncratan air ludahnya pun beberapa kali
mengenai rambut serta leher ane. Mantap.
Kalau saja saat itu ane memutar
kepala dan berhadapan dengan penumpang yang teriak-teriak ini, mungkin ane bisa
wudhu dari muncratan air liurnya.
Saat anak baru, ane akan selalu
menghindari untuk menaiki kendaraan ini. Lebih memilih untuk menaiki bis
walaupun tarifnya lebih mahal dari tramco. Tapi senggaknya enggak akan
ada kejadian teriak-teriak didalam mobil seperti yang ane alami beberapa hari
lalu. Walaupun ane punya pengalaman enak juga saat menaiki bis, tapi alhamdulillah
sekarang ini sudah enggak terjadi lagi.
Bisa klik disini ya buat baca
ceritanya!
Nah, kalau kamu sendiri punya
pengalaman seru saat menaiki kendaraan umum?
Tags:
Dailylife
Hwahahah lucu ya tramco, meskipun ngeselin gt pasti banyaj penggemarnya tp ya :)) eh apa nggak?
ReplyDeleteBtw ciyus tramco bisa ngangkut 8 ekor anak onta? Ko kayak peti kemas sih -.- kasih fotonya dong Bang Tomat plz plz plz
Terus pelajar Malaysia nego harganya gimana anjer kenapa nggak dijelasin sekalian hey?!
ReplyDeleteNah... keresahan saya sudah terwakilkan dengan komenan ini. Hahaha
DeleteNah.. hamba juga berpikir demikian.
DeleteHAHAHA KESEL JUGA NJIR, KALAU HARGANYA NAIKTURUN TERGANTUNG SI SUPIRNYAAAA. DEMO, MARI KITA DEMOOOO!!! :p
ReplyDeleteBolak-balik ke blogmu, tapi selalu rasanya ingin mites serangga kecil di layar ini anjer wkwkw
INI HARGA TREMCO APA JOGET PAPUA ANJIR TURUN NAIK. Turun naik turun naik trus~
ReplyDeleteEntah kenapa naik kereta api lebih bikin capek daripada naik sepeda motor.
ReplyDeleteHmmm naik tuk tuk di Thailand kena harga 300 baht padahal kata teman harusnya cuma 20 baht.
Anjir saya kaget ada semut jalan di laptop saya, kok dihapus ga bisaa ternyata widget dari blog ini hewheh.. sial terttypu
ReplyDeleteapa bedanya ama pelajar malaysia?
ReplyDeletehahaha.. kirain berlaku tuh sistem nawar ngambek ala orang indonesia, eh nyata g digubris juga.
naik tramco gini amat yak? ada tawar menawarnya juga. udah macam nawar tomat di pasar. tapi kalau dari ceritamu sih mending naik bis deh, g nyaman juga