Siapa disini yang suka nontonin
video bayi ataupun anak kecil?
Akhir-akhir ini gue lagi seneng
nontonin video dari channel How to be Dad di Youtube. Lucu aja gitu melihat
tingkah seorang bapak dalam mengurusi anak-anaknya. Berbanding terbalik dengan
kelakuan kebanyakan ibu-ibu pada umumnya, yang selalu ekstra hati-hati saat
menghadapi anak-anak.
Di Instagram pun juga seperti
itu. Banyak bertebaran video-video kelakuan lucu yang dilakukan anak-anak
kecil. Kadang, kalau gue merasa bosan dengan rutinitas sehari-hari gue sering
menonton video-video lucu di Youtube. Biar bisa tersenyum lagi, ikutan tertawa
dengan tingkah laku mereka.
Perbedaan yang paling mencolok antara
anak kecil yang berada di Mesir serta yang ada di Indonesia, mungkin dari pola
asuh orangtuanya. Gue sering melihat para orangtua disini lebih keras dalam
mengasuh anak-anaknya. Entah itu dijalanan, di kendaraan umum, pasti selalu ada
saja teriakan orangtua melihat kelakuan anaknya. Dan mungkin karena hal itu,
ketika dewasanya mereka menjadi sosok yang kuat.
Tapi banyak juga kok, para
orangtua yang bersikap lembut ke anak-anaknya.
Saat gue berbelanja di warung
bawah rumah, tiba-tiba ada anak kecil datang dan menghampiri pemilik toko, lalu
meminta si pemilik toko untuk memukul dirinya. Sumpah gue enggak bohong. Gue mengira
ini bentuk basa-basi anak sini untuk bisa mendapatkan coklat gratis, tapi
ternyata beneran dilakukan oleh si pemilik toko loh. Setelah dipukul, si anak
itu kembali lagi sambil tertawa menghampiri teman-temannya kemudian bermain
bersama lagi.
NYET, ITU BOCAH KENAPA?!
Si pemilik toko sepertinya
sadar dari raut wajah gue yang bingung atas kejadian tadi, lalu dia bertanya,
“Kamu lihat tadi kan?”
“Dia seperti itu biar nanti pas
sudah dewasa enggak cengeng” dan menjawab pertanyaannya sendiri.
“Tapi mon maap nih, kepala anak
kecil itu nyundul kepala saya juga nih, anda pura-pura enggak sadar atau gimana
ya? Makanya kalo mukul jangan diarahin kearah gue, Yanto” jerit gue dalam hati.
https://giphy.com/ |
**
Kondisi kota Kairo di hari Jum’at
selalu membuat kepala gue pusing. Semua jalan dipenuhi oleh kendaraan dan tentu
saja suara klakson yang saling bersahut-sahutan. Gue masih enggak paham sama
orang yang suka memencet klakson mobilnya, padahal mobil didepannya pun juga
enggak bisa bergerak. Mereka bisa mikir enggak sih?
Tapi sepertinya itu hanya
perasaan gue saja, karena orang-orang Mesir akan bersikap santai meskipun
kendaraannya di kalkson berkali-kali. Berbeda dengan diri gue yang selalu kaget
mendengar bunyi klakson secara tiba-tiba.
Gue memutuskan untuk
berolahraga, lompat tali, di Jum’at sore. Tempat yang biasa gue gunakan untuk
aktifitas tersebut sudah dipenuhi oleh mobil-mobil. Wajar saja karena gue
berolahraga di tempat parkir, dibelakang masjid. Beruntungnya ada lapangan
basket yang sudah tidak terpakai, jadi bisa berolahraga di sore itu.
Kalau yang gue simak dari video
Youtube, untuk bisa mempunyai badan kurus serta perut kotak-kota dengan
olahraga lompat tali, caranya harus dilakukan konsisten selama 30 hari dan 30
menit setiap harinya.
Dari video yang gue tonton
sebelumnya, raut wajah dari orang yang melakukan lompat tali ini masih terlihat
keren, ditambah dengan berbagai macam variasi gerakan. Tapi pas nyoba kenapa
sesusah itu ya? Setiap mau nyoba gerakan berbeda, pasti muka gue akan selalu
kena tali. Bukannya sehat, muka gue berubah jadi siluman.
Setelah melakukan gerakan
lompat tali selama lima menit, datang sesosok anak kecil dari dalam bawah
tanah, yang terlihat antusias ingin mencoba olahraga yang barusan gue
lakukan. ‘Fadhal yaa ibni’ ucap gue. Karena ukuran talinya cukup
panjang, beberapa kali kakinya tersandung dan membuatnya hampir jatuh.
Niat awal gue untuk konsisten
supaya berbadan kurus menghilang seketika, digantikan keinginan untuk melihat
bocah ini jatuh saat bermain lompat tali lalu menangis dan berlari menghampiri
ibunya.
Ngeselin juga nih bocah. Disuruh
nyoba main malah enggak tau waktu, dan enggak mau gantian. Dari setangah jam yang
lalu, dari mulai main PUBG sampai mati diurutan 30, dia masih dengan bersuka
ria loncat-loncat tanpa mersa berdosa. Fak.
Karena omongan baik-baik dari
gue enggak juga dituruti oleh si makhluk laknat yang menjelma anak kecil ini,
gue mencoba menarik ujung tali. Dan dia juga melakukan hal yang sama. Menarik
ujung tali lainnya.
‘CTAK’
Ujung tali yang gue tarik,
copot. Dan muka si anak kecil terlihat kebingungan, tapi enggak merasa berdosa.
Lebih mengarah ke ‘Yah, copot. Yaudah ah cabut’.
https://giphy.com/ |
Why?!!!!
Kenapa harus gue, hah?!
Terkutuk lah kau bocah sialan!
Apa salah hamba bisa bertemu makhluk seperti ini??
Kenapa kalau di video yang
biasa gue tonton, sosok anak kecil itu terlihat lucu serta menggemaskan, tapi
dikenyataan mirip setan. Rencana gue untuk konsisten melakukan latihan lompat
tali selama 30 hari, hancur berantakan di hari ketiga.
Sekarang yang harus gue lakukan
adalah mengambil sepatu yang barusan saja gue lempar ke arah anak kecil itu dan
enggak kena, malah nyasar ke kaca mobil orang, lalu dimarahi oleh si penjaga
parkiran, kemudian menangisi kejadian ini di kamar.
Wajar juga, balasan untuk
orang-orang yang bersabar itu adalah surga. Ternyata sulit juga kalau belum
terbiasa.
Sebelum kejadian ini terjadi, gue sempat menuliskan kelakuan anak kecil lainnya. Kalau mau baca, bisa klik disini ya!
**
Kalau menurut kalian, kira-kira lebih cocok menggunakan kata Ane atau gue untuk tulisan di blog ini? Sangat ditunggu untuk saraannya!
Ehe.
Tags:
Dailylife
Di Kairo banyak mobil juga ya, gue kirain di sana orang masih pake kuda ke mana-mana.
ReplyDeleteLah, gue baru komen kenapa jadi ganti "gue", kirain salah masuk blog wkwk. Kayaknya mau pake "gue" atau "ane" cocok-cocok aja. Yang penting rajin update EYAAA
enggak sekuno itu juga hei, anak kuda!
Deleteiya yak. hahahaha
pake ane aja lah ya klo gitu.
semoga aja rajin update. kamu semangatin dong makanya
*hoek
Hahaha gue juga kadang suka nontontuh How to Dad. Ngakak astagaa. :))
ReplyDeleteMenurut gue sih gue aja, tapi terserah lo sih. Lo biasanya ngomong pake gue apa ane kan ane gatau lo pake gue apa ane gitu kalo gue sih gue.
lucu bet emang kayak gue gitu, di
Deletebrantem aja lah yuk, di
Yeay! Sudah lama tidak membuka blog nih, sekalian blogwalking dulu~
ReplyDeleteNamanya juga bocah, susah ditebak. Seringkali saya mengalami hal menyebalkan pula terhadap anak-anak, mau marah tapi kasian juga terlebih kalo kondisinya kelihatan dia belum ngerti.
Menyinggung penggunaan gue atau ane, terserah enaknya yang nulis dan pribadi sih sepertinya. Kalo saya, kenyataan juga pake saya jadi ya pake itu aja hehe.
ehey
Deletesusah ya jadi orang sabar. pantes ganjarannya surga
mau nulis pake aku sebenernya, tapi jijik gitu kalo beneran nulis pake aku-kamu di blog
Mari segera mencari calon istri supaya bisa membuat bayi.
ReplyDeletePakai "gue" aja biar lebih akrab. Kalau "ane" kayak Kaskus.
Jangan dibata, gan!
Setoedjoe. "Ane" berasa lagi di kaskus.
DeleteBener juga nih. Gue malah baru sadar. Untungnya sampe sekarang engga pernah di lempar bata
DeleteAnak kaskus banget lu, bel
DeleteBener juta, entar gue edit deh biar keliatan dingin banget disini.
ReplyDeleteKlo udah urusan panas, disini bisa jauh lebih panas ketimbang di indonesia. Tapi tetep hawa panasnya, beda sama di Jakarta.