Kesimpulan:
Tidak sesuai
ekspektasi.
**
https://www.risamedia.com |
Sebagai catatan, tulisan review
ini adalah tulisan subjektif gue sebagai penonton awam ya.
Sebulan lebih sosial media gue
banyak sekali pembahasan tentang superhero asli Indonesia ini, yang bernama
Gundala. Bayangan gue akan film ini sepertinya terlalu tinggi, terlebih dengan
Mas Joko Anwar sebagai sutradara. Sejauh ini gue baru menonton 2 film
hasil Karya Mas Joko. Yaitu Janji Joni, serta film horrornya yang berjudul
Pengabdi Setan. Lalu dengan
melihat iklan serta pembahasan tentang film Gundala dimana-mana, gue berharap bahwa
film ini akan sangat bagus sekali. Setidaknya, gue akan terhibur seperti saat menonton dua film Mas Joko sebelumnya.
Film ini diawali dengan cerita
tentang sosok Gundala saat masih kecil, bernama Sancaka. Sampai akhirnya
menjadi sosok jagoan. Tapi sepanjang film, gue merasa adegan yang gue saksikan
di bioskop terkesan seperti terburu-buru, sehingga tidak bisa di nikmati alur
ceritanya.
Baca juga: Anehnya bioskop di Mesir
Ada beberapa adegan film yang membuat
gue berucap, ‘Eh, kok begini’ ‘Loh kok gitu?'.
Berikut ini akan gue tuliskan, beberapa poin mengapa gue merasa film ini terasa kurang seru.
Berikut ini akan gue tuliskan, beberapa poin mengapa gue merasa film ini terasa kurang seru.
Awal mula Sancaka tersambar
petir. Saat itu Sancaka kecil ingin memberi tahu Ayahnya, bahwa yang
dilakukannya adalah hal yang salah. Karena terlambat, sang Ayah telah tewas,
alih-alih menggoyangkan badannya, dia mengambil perisai lalu terpental
kebelakang karena petir yang menyambarnya.
‘….’
Lalu saat adegan tetangganya yang datang ke rumah. Gue masih bingung, tau
darimana kalau di rumah, hanya Sancaka seorang diri? Padahal mereka mempunyai hubungan yang tidak baik setelah kejadian 'itu'.
Begitu juga, saat Sancaka di kejar preman-preman
kecil di pelabuhan, ada mobil yang tiba-tiba membukakan pintu lalu menyuruh
Sancaka kecil untuk masuk. Â Gue kira, di dunia
nyata hal seperti itu enggak akan terjadi. Terlebih ada pernyataan dari si
pemilik mobil, untuk menjadikan Sancaka sebagai anak mereka, lalu menawarinya belajar
di sekolah. Yang gue tau, hanya penjahat yang akan memasukkan orang asing ke
mobilnya, menjual organ tubuhnya, lalu mereka membeli banyak boba untuk di minum setiap harinya. Bukan malah menawarkannya pendidikan.
Tapi melihat adegan Sancaka
kecil yang di kejar preman-preman di pelabuhan, gue malah teringat video klip dari
Rich Brian di albumnya yang terbaru, The Sailor.
Masih kurang paham, dengan
maksud Mas Joko mengenai luka di kedua telinga Sancaka. Apakah itu adalah
sebuah tanda? Seperti film Spiderman, saat Peter Parker yang digigit oleh
laba-laba di tangannya? Mungkin hal seperti ini sudah di jelaskan di komiknya. Tapi,
karena gue tidak mengikuti komiknya, makanya belum paham.
Gue berharap bahwa di film ini akan
ditunjukkan adegan secara lengkap pembuatan kostum yang di kenakan oleh Gundala
pertama kali. Sama saat Peter Parker, di film Spiderman (lagi), membuat kustom
jeleknya. Sebenernya ada beberapa scene saat pembuatan kustom, tapi masa
langsung sempurna sih?
Begitu pula saat tubuh Sancaka dewasa tertusuk oleh pisau saat melawan musuhnya yang lain. Gue masih merasa aneh aja dengan adegan itu.Â
Begitu pula saat tubuh Sancaka dewasa tertusuk oleh pisau saat melawan musuhnya yang lain. Gue masih merasa aneh aja dengan adegan itu.Â
Baca juga: Review OnePlus 6
https://gonjhi.artstation.com |
Karena gue sudah menonton semua film The Raid, gue berharap adegan bertarung di film Gundala akan sama seperti itu. Terlebih lagi ada Kang Cecep, yang saat di film The Raid 2 menunjukkan adegan bertarung yang menawan. Meskipun, saat di film Te Wick 3, gue tidak merasa terpuaskan saat Kang Cecep, serta Kang Yayan melawan Keanu Reaves. Tapi, lagi-lagi ekspektasi gue pupus karena adegan bertarungnya terlihat hanya seperti itu saja. Terlebih, melihat salah satu anak asuhnya Pengkor, dengan senjatanya sebuah tas. Gemas, serta ngebatin, 'Duh elah, Harley Quin banget nih? Teriak-teriak doang, anjay. Di slengkat sama Ismed Sofyan, mungkin bakalan di rawat inap tuh'
Gue malah lebih suka adegan saat Awang membantu Sancaka kecil menghadapi para preman-preman kecil yang mengejarnya.
Meskipun Pengkor adalah musuh
Gundala, tapi yang gue rasa Pengkor itu enggak jahat-jahat banget. Di bandingkan
dengan cerita Sancaka, kisah masa lalu Pengkor lebih enak untuk gue nikmati dan
terlihat baik. Sosok Pengkor terlihat jahat saat dia menyiksa sebuah keluarga,
yang gue kira adalah sosok pemilik mobil yang menyelamatkan Sancaka kecil dari
kejaran preman-preman kecil di pelabuhan itu. Berarti adegan saat Sancaka kecil, keluar dari mobil, selesai sudah pekerjaan si pemilik mobil. Kirain mereka akan ada hubungan dengan ceritanya, ternyata tidak, Bung Karni.Â
Gue lebih excited saat
pengkor menelfon para anak-anak asuhnya. Walaupun saat adegan bertarungnya tidak terlalu seru untuk di saksikan. Hanya pertarungan Gundala melawan Kang Cecep yang seru untuk di tonton.Â
https://www.ladiestory.id |
Gue masih bertanya-tanya,
mengapa sosok yang biasanya menemani Pengkor sepanjang film, Ghazul, malah
tidak ada saat menghadapi Gundala. Sebenarnya Ghazul ini beneran temannya
Pengkor bukan?
Dari sepanjang awal menyaksikan
film ini, hanya ada dua bagian yang gue sukai. Pertama, saat Pengkor
menghubungi anak-anak asuhnya. Lalu yang kedua, saat mbah Sujiwo Tejo berbicara
bahasa Jawa lama.
Jadi, apakah gue merekomendasikan
untuk menonton film ini? Tentu saja kalian harus menonton film ini. Mungkin film
Gundala sebagai sosok jagoan pertama, masih belum sempurna. Tapi, menurut gue
di film selanjutnya, Mas Joko akan membuat film superhero asli Indonesia yang
lainnya lebih menarik dan seru untuk disaksikan.
Terlepas dari filmnya yang
belum sempurna, gue masih ingin untuk mengikuti kisah para superhero ciptaan
karya Indonesia, di bandingkan superhero dari Marvel.
Nah, kalau menurut kalian, yang
sudah menonton, bagimana film Gundala? Bahas di kolom komentar ya!
Tags:
Review
Aku setuju, walau Gundala belum sempurna, tapi bener2 kemajuan yang pesat buat perfilman indonesia. Buat aku scene paling favorit waktu sancaka bilang "baca" ya ampun cool abeeees mz Abimana~
ReplyDeleteBetul syekaliii~
DeleteEh, Mas Abimana ini pake obat apa ya, bisa awet muda terus.
Sebagai film pembuka, wajar juga nih banyak plot hole yang bikin penonton bingung. Mungkin hal-hal itu bakal terjawab di film-film BCU berikutnya
ReplyDeleteNah, semoga saja karya selanjutnya bakalan lebih asoy untuk di nikmati
DeletePasti akan terjawab di film-film selanjutnya sih kalau ada semacam plot hole. Dan kalau ada adegan yang mungkin kurang realistis, menurut gue wajar-wajar aja mengingat ini memang film genre fantasi sih. Oh, soal Sancaka kecil masuk ke mobil, itu kan kita gatau pasangan itu beneran baik atau malah jahat. Haha.
Deleteaku punya komiknya. Punya papa sih, tapi nanti kan jadi warisanku hehe. Sejak ada film ini, itu komik-komik Gundala dibela-belain dibawa ke tukang bingkai trus dipajang. Pajangnya abnormal gitu. Pasang pakunya tinggi supaya anak-anak nggak bisa nurunin walau udah naik bangku sekalipun... over protective bgt :|
ReplyDeleteNambahin sedikit. Transisi antar scene menurutku juga masih kasar. Jadi pas lanjut nonton berasa : lah, kok tau-tau udah ganti cerita yang ini--lho,lanjut scene ini lagi?
ReplyDeleteAdegan berantemnya lumayan sebenarnya... Cuma kurang power aja menurutku. Masih keliatan kaku.
Jangan lupakan scene Pak Agung yang jatuh pas mau nendang Gundala xD Ngekek parah....
Gw jujur belom nonton film ini. Tapi gw seneng, liat perkembangan film sekarang banyak yang bagus-bagus.
ReplyDeleteKalo menurut gue sih, pas lqgi dikejar terus masuk mobil & ditawarin jadi anak angkat, itu tuh tanda dimulainya cerita baru, ibaratkan pilihan; kalo aja mau jadi anak angkat, kemungkinan ceritanya bakalan jadi origin Gundala yang berpendidikan terus jadi ilmuan. Nah, kalo di film kan Sancaka memilih keluar dari mobil, di sini berarti jalan ceritanya benar-benar berubah, jadi cerita baru gundala, yang pada akhirnya pas udah gede malah jadi security, bukanya ilmuan kayak di komiknya.
ReplyDelete