Selain mempunyai Petra sebagai daya tarik bagi wisatawan asing, Jordan pun memiliki Aqaba sebagai destinasi para turis-turis asing yang ingin berlibur di negara ini. Daerah ini termasuk unik, karena dengan mendatanginya saja, kalian bisa melihat negara Israel dan juga Mesir dari pinggir pantai loh.
Perjalanan gue menuju Aqaba
kemarin ditempuh hanya lima jam. Kayak Jakarta ke Puncak saat hari libur.
Enggak jauh-jauh banget kok. Tapi, berhubung ini perjalanan pertama kali gue
mengunjungi Aqaba, rasanya capek banget. Asli.
Berbeda dengan kisah perjalanan
yang sering kali gue rasakan di Mesir. Setiap kali mengunjungi tempat wisata
Mesir, gue hampir selalu menggunakan bis sebagai transportasi menuju kesana.
Mulai dari mengunjungi Abu Simbal, Hurghada, Matruh dan juga Siwa. Tentunya hal ini
terjadi karena jumlah orangnya pun banyak. Berbeda dengan liburan gue ke Aqaba
kemarin.
Padahal sebenernya bisa aja sih
kalau menyewa bis.
Ya, tapi gue enggak tau juga. Kan
anak baru.
Masih imut.
Gue gampar ya lu, Ji.
Rombongan kami mulai berangkat
jam 4 pagi menuju Amman. Jarak dari tempat gue sekarang, yaitu daerah Irbid,
menuju ke Amman menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam menggunakan mobil. Rombongan
gue membawa tiga mobil, satu sedan serta dua mobil lain yang bisa menampung
9-10 orang di dalam nya. Kurang paham juga, nama jenis mobil itu apa. Kalau
enggak salah, odong-odong.
Enggak lucu, sat!
Kita berangkat menuju ke Amman
untuk menjemput peserta yang lain.
Koyok Benteng Takeshi ae
cuk.
Karena memang titik
keberangkatan kami adalah dari Amman menuju Aqaba.
**
Mobil yang gue tumpangi
berjumlah sepuluh orang. Tiga orang di depan, empat di tengah, tentunya gue di
barisan tengah samping jendela, serta
tiga orang lainnya di pentil mobil. Di kursi belakang. Maksudnya.
Makin kesini kok jadi enggak
lucu ya, asu.
Saat mobil mulai meninggalkan
titik pertemuan, mulai terdengar sayup suara penyanyi lagu koplo seisi mobil. Mau
ikutan nyanyi, gue enggak paham lirik lagunya. Padahal bokap orang asli
Temanggung. Ditambah lagi gue sekolah di pondok pesantren di daerah Jawa Timur
selama 7 tahun lamanya. Tapi tetep aja enggak begitu paham dengan bahasa Jawa.
Kosa kata yang gue paham
paling, Asu, Jancuk, Wedhus. Udah. Wah, sangat terlihat pintar sekali, bukan?
Hampir seluruh penumpang di Mobil
ikutan bernyanyi, menirukan suara penyanyi lagu koplo. Bahkan orang Thailand
yang duduk di bangku depan pun juga mulai bernyanyi sambil mengibarkan bendera
Slank.
Udah lah, ya. Abis ini gue
enggak mau usaha agar terlihat lucu. Kaga lucu semua, bgst lah.
Sedangkan nasib Gue? Hanya bisa
menatap ke luar jendela, berharap lagu favorit gue, yang dibawakan penyanyi
asal Norwegia akan diputar oleh dua orang yang duduk di samping supir, sehingga
bisa ikutan nyanyi seperti yang lainnya.
Sepanjang perjalanan enggak ada
yang berbeda, layaknya perjalanan yang biasa gue alami selama di Mesir kemarin.
Sepanjang perjalanan hanyalah pasir. Tapi, meskipun di dominasi oleh pasir,
mata gue masih dimanjakan oleh rimbunan pohon di beberapa tempat. Bagi gue yang
sering liburan di Mesir, hal seperti ini cukup membahagiakan loh.
Hal berbeda lainnya adalah di
sini banyak banget polisi yang menjaga di tiap tempat. Sepengalaman gue saat
liburan ke luar kota di Mesir, memang ada polisi yang menjaga. Mereka akan memberhentikan
kendaraan yang kami tumpangi, lalu memeriksa identitas kami, dan perjalanan pun
dilanjutkan kembali.
Di sini peraturannya agak
sedikit berbeda.
Saat teman gue yang mengendarai
mobil sedang menurunkan kecepatan karena melihat rambu batas kecepatan,
tiba-tiba di sampingnya telah berdiri polisi yang langsung menyuruh kami untuk
meminggirkan kendaraan. Seolah dari tatapan polisnya seperti berkata,
Mana sempat, keburu ditilang.
Mereka mencatat nomor kendaraan
yang kami tumpangi, dan nantinya akan harus kami bayarkan saat mengembalikan
kendaraan tersebut di tempat penyewaan.
Sekali? Dua kali? Oh tentu
tidak.
Lebih dari lima kali, mobil
yang kita tumpangi ini diberhentikan oleh polisi. Gue curiga, penyebab semua
ini karena lagu koplo yang asik kami putar sepanjang perjalanan. Sehingga teman
gue yang mengendarai mobil terpacu semangatnya, sampai enggak melihat
rambu-rambu yang ada.
Enggak tau juga sih.
Spekulasi gue doang itu.
Toh, itu semua gue juga
diceritain. Karena sepanjang perjalanan gue cuman tidur.
Mantap, bujang!
**
Cuaca di Aqaba saat itu sama
sekali enggak ada ramah-ramahnya. Matahari yang sangat terik, ditambah lagi
hotel yang kami pesan ternyata bermasalah, sehingga harus memesan hotel lain. Hampir
setengah jam, gue serta yang lainnya luntang-lantung duduk di pinggir jalan.
Wajar juga sih, hari itu
cuacanya panas banget. Karena kami sampai di Aqaba sebelum adzan shalat Jumat
berkumandang.
Tapi meskipun begitu, semangat
berliburan kami belum kunjung padam. Masa gara-gara panas doang jadi letoy dan
ingin pulang. Tentu saja tidak, anak kuda!
Seusai shalat Jumat, urusan
perihal hotel telah usai. Sehingga kami sudah bisa beristirahat dengan nyaman.
Dan tentunya, gue tidur lagi.
Adem banget bos. Aslik.
Ini gue kenapa semakin terlihat
norak, bdjingan.
**
Rombongan yang lain telah
sampai di pantai saat sore hari. Sedangkan gue serta makhluk gembul nan lucu, temen
sekamar gue, kami ketinggalan di hotel.
Mungkin emang karena enggak
dianggap sebagai kelompok rombongan juga kali ya. Makanya yang lain,
‘yaudah lah yuk. Buruan cabut. Mau
liat sunset cuy!’
Jadilah kami tertinggal.
Beruntungnya acara utama nya
enggak berlangsung di sore hari.
**
Sebenernya jika dibandingkan
pantai di Aqaba dengan pantai-pantai yang ada di Mesir, rasanya gue akan lebih
memilih pantai-pantai yang ada di Mesir deh.
Mau ke tempat yang santai, bisa
ke Alexandria. Harga tiket kendaraan dari Kairo, tempat tinggal gue serta
mahasiswa Indonesia lainnya, ke Alexandria murah banget.
Mau ke tempat yang agak jauh
lalu snorkling di tengah laut mati, bisa mengunjungi Hurghada. Apalagi setelah
snorkling, kalian akan dibawa ke pantai yang buanyak banget turis-turis
datangi. Turis-turis dari Asia sih paling the best.
Enggak jelas, anying.
Mau liat penampakan air laut
yang mempunyai tujuh warna berbeda, bisa dateng ke Matruh.
Untuk saat ini belum bisa
membandingkan pantai yang ada di Indonesia. Karena gue jarang jalan-jalan. Lebih
doyan makan masakan nyokap. Paling hanya mengunjungi Taman Posong tahun lalu.
Pantai yang gue datengin paling
Anyer, saat gue masih kecil. Dan pantai yang berada di Jogja, saat gue kelas 3
SMA dulu.
Tapi, bagaimana hidup akan
terasa menyenangkan jika segala hal nya dibandingkan, bukan?
Asooy banget kalimat penutupnya.
Anda lebih cocok bikin quote-quote bijak daripada melucu. Tapi beberapa lelucon berhasil bikin saya ngikik. Lanjut, Pak. 👍
ReplyDeleteSyukron katsiran, mas Gigip
DeleteSaya akan berusaha lebih maksimal lagi. Doakan saya
maap maap nih kalo muter lagunya kaga pas
ReplyDeleteOke dimaapin
DeleteUsaha melucunya patut diapresiasi sama dilempar botol aqua. wkwkwkw.
ReplyDeleteItu tuh dalam acara apaan sih? Tulisannya IKPM Yordania Goes To Aqaba? Tapi seru sih main di pantai pasiran begitu. Lha, saya kalo mantai ke pinggir laut yang pasirnya kelihatan pas surut aja. Pantai Kejawanan, Cirebon.
Rombongan almamater
DeleteSatu pondok dulu
Ehe
Kalo hari-hari biasa, bakalan hanyut berarti ya?
Cobain dong
Saya cukup enjoy membaca tulisan ini, beberapa bagian humornya juga dapet. Apa karena saya yang terlalu receh? 😂
ReplyDeleteMenurut saya, konsep bercerita kak Fauzi ini unik. Saya jadi berasa lagi baca bagian dari novel comedy hahaha. Menyenangkan sekali membacanya!
Btw, foto-fotonya keren-keren banget. Saya suka 👍🏻👍🏻
Wiii
DeleteSyukron katsiran
Sering" kesini ya
*malah ngelunjak
Di salah satu bagian ada yang pakai 'kami', ada juga yang 'kita'. Ini karena belum paham penggunaannya atau gimana, Zi? Sebetulnya gue malas ngomentarin beginian, tapi sebagai kawan bloger sayang aja rasanya membiarkan kekeliruan itu. Haha. Biar nanti semakin baik menulisnya. :D
ReplyDeleteBicara soal membandingkan, kayaknya itu bawaan alam bawah sadar. Dari kecil aja orang tua suka bilang, 'Lihat tuh anaknya Pak Anu, dia blablabla.' Makanya begitu gede otomatis bakal terpicu sendiri ketika lihat orang yang lebih wah. Tinggal pintar-pintar mengontrol diri, sih.
Ahahah iya nih uy
DeleteMaapkeun
Emang harus bisa berfikiran jernih dan sering ngebiasain hal tersebut
Ji, sepanjang ngeliatan foto-fotomu dengan rambut gondrong itu kenapa langsung terbesit, ini Eno Bening ya? Mon maap random, tapi beneran, deh tadi sempet mikir dulu soalnya.
ReplyDeleteAdegan yang tidak menyenangkan, ditilang pulici. Tapi pulici di sono baek-baek kan Ji? Ntar kek di Indo lagi yang dikit-dikit nego. Tahu gitu naik truknya Gotrek aja, soalnya ada Bu Tejo dan rombongan yang siap membantu mengalahkan pak pulici.
Jangan mengadi-ngadi ya antum
DeletePolisi sini ga bakalan ngerti juga, apa yg bakalan bu tejo omongin
Seru ya. Ceritanya anak luar negeri wkwkw
ReplyDeleteMakasyiiii
DeleteDi Indonesia juga ga kalah seru pastinya