Beberapa tahun belakangan ini, gue senang karena sudah banyak orang yang mulai sadar dan mencoba menerapkan hidup sehat. Khususnya tentang olahraga atau pun menjaga pola makan. Biasanya sih yang suka menjaga pola makan ini adalah mereka yang ingin sedang menurunkan berat badan nya.
Sering kali gue masih mendengar
keluhan temen-temen gue tentang usaha yang dilakukannya untuk menurunkan berat
badan, tapi tak kunjung berhasil,
“Bang, kok berat badan gue
enggak turun-turun ya?”
“Makannya udah dikurangi?”
“Udah, bang”
“Udah jalan berapa hari?”
“Baru lima hari sih”
“GOBLOK”
Abis itu gue gampar mukanya.
Enggak deng.
Sebenernya jangka waktu orang
menurunkan berat badan itu beda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi orang
untuk bisa mendapatkan berat badan yang diidamkan. Mulai dari seberapa rutin
olahraga yang dilakukan, jumlah kalori yang masuk ke dalam perut, dan yang
terakhir, apakah cukup waktu istirahatnya?
https://giphy.com/ |
Gue akan ambil contoh diri gue sendiri aja ya...
Akhir 2017, saat gue pulang ke
Jakarta, berat badan gue naik hingga 108+kg. Dengan tinggi gue 183 sebenernya
enggak begitu keliatan gemuk. Kalau diliat dari jauh. Kalau diliat dari jauh
ya. Mau gue ulangi lagi?
Tapi, begitu berhadapan
langsung, pipi gue akan terlihat tembem sekali. Belum lagi, jika melihat gue
saat duduk. Perut gue akan terlihat maju beberapa cm, jika diliat dari samping.
Alasan gue menurunkan berat
badan, termasuk alasan remeh sekali.
Kehidupan gue di negri orang
memaksa gue untuk menggunakan transportasi umum, sekarang gue malah suka
menggunakan transportasi umum sih, dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ada
dua kendaraan yang sangaat familiar dengan para mahasiswa rantau di Mesir,
yaitu bus serta tramco.
Sering kali saat di tramco, gue
harus bersabar karena orang yang duduk di samping gue ini cukup gemuk sehingga
kalau mau diperhatika lagi, gue harus bergeser lagi agar bisa duduk. Jika
bangku yang gue duduki bisa ngomong, mungkin percakapannya akan seperti ini,
“Ini bocah Asia kasian banget.
Pantatnya yang sebelah kanan mengambang begitu”
Baca juga: Penumpang Tramco
Enggak, gue enggak sedang mem-bully
orang yang gemuk. Sama sekali enggak.
Jadi kalau kamu menanyakan
alasan saya untuk menurunkan berat badan, ya jawabannya seperti barusan.
Karena, gue enggak mau
mengambil jatah tempat duduk orang lain.
Kalau misalnya ada bangku yang seharusnya
bisa di isi oleh tiga orang, saat gue duduk di bangku tersebut ya memang bisa
digunakan oleh tiga orang.
**
Pola makan gue saat menurunkan
berat badan kemarin, enggak ada jurus spesialnya. Sama seperti kebanyakan orang
lainnya. Mengurangi kalori harian.
Setiap orang memiliki total
kalori harian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal itu berdasarkan
dari umur seseorang, tinggi serta berat badan nya, dan juga kegiatannya
sehari-hari. Apakah dia aktif olahraga, atau hanya berada di depan komputer
seharian.
Kalau mau melihat jumlah kalori
harian yang kamu punya, bisa kunjungi https://tdeecalculator.net/
**
Di luar sana, sudah buanyak
sekali pola diet yang digunakan oleh orang-orang. Ada diet keto, ada
intermittent fasting, mungkin kalian lebih familiar dengan OCD obusive
Corbuzier diet, lalu ada snake diet, dan masih banyak banget
macam-macam diet yang lain.
Gue mau nge-lucu sebenernya,
tapi enggak nemu jokes nya. Skip aja lah ya.
*pantesan enggak ada yang
kuat temenan sama lu, Ji
Tapi, kalau gue sendiri lebih
memilih untuk menggunakan intermittent fasting untuk pola diet yang gue
lakukan. Pada awalnya. Dan setelah gue melihat serta mengulik lagi, tentu saja
sumbernya dari video Youtube serta artikel di Google, gue menggunakan yang
namanya IIFYM. If it fit your macros.
Saat pagi hari, gue sudah
terbiasa untuk enggak sarapan. Yang gue lakukan biasanya gue hanya pergi ke
dapur untuk memasak air, lalu menyeduh segelas kopi hitam tanpa gula.
Beruntungnya gue enggak punya sakit asam lambung atau maag, jadi minum kopi di
kondisi perut kosong, baik-baik aja bagi gue.
Gue akan memulai jendela makan
saat jam 1/2 siang. Biasanya gue akan memakan 3 telur, yang tentunya sudah
dimasak, tanpa nasi.
Di sore hari gue akan keluar
rumah sambil membawa tas, lalu berjalan ke terminal bus terdekat untuk
olahraga. Um... maksud gue bukan olahraga di terminal ya. Maksudnya gue naik
bus, lalu bus tersebut mengantarkan gue ke gym, lalu gue olahraga di sana.
Begitu. Oke, cantik?
Genit banget, gilani.
Biasanya gue olahraga angkat
beban 3x seminggu dengan program latihan full body, dan 4 hari yang
kosong gue gunakan untuk lompat tali. Jump ropes. Bukan lompat karet ya.
Jangan ngadi-ngadi antum.
Setiap kali latihan angkat
beban, gue sangat jarang sekali untuk lari di treadmill. Mungkin dalam setahun,
dengan pola latihan gue yang 3x seminggu, hanya 3 kali gue menggunakan
treadmill. Sejarang itu memang.
Jump ropes pun sebenarnya enggak gue lakukan rutin. Tapi,
mungkin frekuensinya lebih banyak jika dibandingkan dengan lari di tredmill.
Lalu setelah maghrib, setelah gue menyelesaikan kegiatan membaca Al-Quran,
Si manusia pencitraan, bgst!
Setelah maghrib, gue akan mulai
makan nasi. Entah itu dengan memasak telur lagi, memakan masakan teman, atau
pun ya dengan beli makanan di luar. Biasanya sih gue akan membeli togin ataupun
kusyari , makanan khas Mesir berupa makaroni yang ditambahkan potongan
daging ataupun kacang-kacangan, di toko sebelah terminal.
Kenapa lebih sering membeli
makanan khas Mesir dari pada membeli makanan dari rumah makan Indonesia? Ya
karena tentu saja harganya lebih murah, anak kuda!
Sebenarnya di rumah gue akan
selalu ada piket masak, makanya di paragraf sebelumnya gue tuliskan memakan
masakan teman. Tapi karena makan bersama anak rumah selalu di nampan yang besar,
dan jiwa kompetitif gue selalu muncul jika makan bersama, maksudnya gue akan
selalu menjadi orang terakhir yang akan melepaskan jemari tangan gue dari
nampan, gue lebih memilih untuk makan di piring sendiri.
Karena dengan itu, gue bisa
mengatur porsi makanan yang akan gue konsumsi. Dari jumlah nasi yang gue ambil enggak
terlalu banyak, menambah porsi protein yang akan gue makan, atau pun menambah
sayuran.
Dengan pola makan gue yang
seperti ini, alhamdulillah berat badan gue bisa berkurang. Seenggaknya
dengan menjalankan pola makan yang gue ceritakan, enggak ada lagi komplain dari
temen gue yang mengatakan jatah bangkunya diambil sama gue.
Kalau mau di break down dengan
lebih teliti lagi, mungkin akan seperti ini,
Pagi : Hanya minum kopi.
Siang hari di jam 1/2 : Gue
akan memasak telur dadar dengan sedikit minyak.
Sore hari : Ke Gym
Malam hari : Makan bareng
temen, atau beli makanan diluar seperti togin atau kusyari, kalau
ada duit lebih beli ayam goreng atau kibdah syarqowi, hati sapi yang
makannya dengan roti, atau opsi lainnya dengan memasak telur atau sarden
kaleng. Untuk makan malam, gue selalu makan dengan nasi putih. Tapi porsinya yang sedang-sedang saja.
Gue nyanyi dangdut juga nih.
Mungkin faktor yang sangat gue
rasakan adalah dengan mengurangi membeli camilan. Karena gue anaknya suka
nyemil makanan, dari chips, Doritos yang warna biru juara sih, atau
dengan membeli coklat. Bentuknya kecil, tapi kalorinya lumayan banyak dan
enggak bikin kenyang sama sekali.
**
Lalu prosesnya berapa lama, sampai
berat badan gue turun dari 108+ ke 84? Hampir enam bulan lebih.
Lama juga ya?
Begini, anak kuda.
Mindset gue adalah bisa
menjalankan pola makan ini sampai jangka waktu yang lama. Bukan sekadar tiga
bulan atau enam bulan saja. Gue masih enggak merasa kalau menjalani pola hidup
sehat, dari pola makan khusunya, adalah suatu perlombaan siapa yang cepat dia
yang menang.
Gue pun terkadang masih suka
nyemil, minum yang manis-manis, bahkan masih suka makan indomie goreng double.
Tapi, frekuensinya sudah jarang. Hanya sesekali aja. Engga mungkin, dengan makan buanyak di satu hari, berat badan langsung naik 10kg. Kecuali, jika kebiasaan makan banyak itu diulang terus-menerus ya baru terjadi. Sama hal nya, jika ingin gemuk, tapi hanya makan banyak di satu atau dua hari, dan enggak dilakukan berulang, ya enggak gemuk-gemuk dong.
Yang gue rasakan sih, sebenarnya gue hanya lapar
mata aja. Mulut gue rasanya ingin mengunyah sesuatu, padahal aslinya sih
enggak. Hanya perlu minum air putih aja. Gitu.
Nanti gue akan coba post foto di Desember 2020 ini, apakah bisa sixpack seperti ini juga enggak ya. Boleh loh nge-follow Instagram saya. Ehe. |
Mungkin ada yang diet ketat selama tiga bulan dan berhasil. Tapi setelah itu berat badannya kembali lagi menjadi gemuk. Bahkan lebih gemuk dari awal dia menurunkan berat badannya. Apakah ada yang seperti itu? Oh ada.
Pola makan yang gue lakukan
mungkin berdampak baik bagi gue, tapi belum tentu berdampak baik juga buat
antum. Kalau enggak cocok, ya enggak usah dipaksakan. Masih banyak pola diet
lain yang bisa dilakukan.
Banyak jalan menuju Roma, kan?
Tapi tetep aja kan, segala
usaha yang aku lakukan untuk kamu itu enggak ada artinya?
Si sok asik, ancuk!
**
Selamat berjuang para
orang-orang yang sedang ingin menurunkan berat badan!!
Ada temen gue, dia diet ketat dan ngegym terus setelah divonis beratnya hampir 100kg😂 terus pas pandemi, gabisa ngegym dan cuma olahraga di rumah. Tapi olahraga di rumah juga gateratur, dan gak seheboh kalo di gym. Alhasil dalam waktu 6 bulan selama pandemi, beratnya balik lagi ke 90 kilo. Bener sih, yang penting konsisten walaupun perlahan
ReplyDeletebuat nurunin berat badan mah, emang dari cara ngatur pola makannya aja
Deletesemoga aja, temennya itu udah paham basic kayak gini. jadinya, gampang aja buat nurunin berat badannya.
konsisten dan dibawa santai aja
kalo gue sih gitu
ehe
Waw selamat ya Bang! Itu banyak bangetttt lhooo, 24 kg dalam 6 bulan. Keren!
ReplyDeleteSerius, aku juga lagi program menurunkan berat badan demi kesehatan yang paripurna. Sekarang baru turun 11 kg dalam 10 bulan 😂😂 duh jd sedih pas baca ceritamu. Tapi gpp lah. Aku sukanya kali ini aku turunnya pelan tapi pasti. Klo jaman dulu turun drastis dalam 3 bln, lalu naik lg. Gitu aja terus sampe timbangannya bosan! Kali ini tak sekalipun aku naik lagi. Pernah gak turun blas selama sebulan, karena habis lebaran jadi agak khilaf 😂 Jadi overall aku hepi sih sama hasilku ini.
Setuju, aku juga gak mau merasa berlomba2 karena pinginnya memang mengubah gaya hidup. Buat sehat sampai tua nanti 🤠
Keren lu Bang, baca ini makin termotivasi akuh!
wiiiih kereennn!!
Deletesemangat juga buat proses nya!
betul.
mending pelan-pelan aja lah. dietnya santai aja, ga usah ngoyo. ga dikejar deadline juga kan?
di jerman ada istilah, alon-alon asal klakon
Pas baca intermitten fasting mikirnya bakalan mulai jam 10an eh ternyata jam 1/2. Wah kalo aku gak kuat hahaha pernah nyoba mulai jam 10 aja udah gak sanggup dan pengen makan banyak abis itu. Keren banget sih komitmennya. Karena menurutku diet itu salah satu yang penting yaitu niat dan komitmen.
ReplyDeletemungkin karena udah kebiasaan kali ya
Deletedan juga, tiap jendela makan, udah enggak senapsu itu untuk makan semuanya. udah bisa ngatur emosinya. ehe
makasyiii
Wah, Ji. Nuhun. Gue lagi mau mulai lagi nih. Sejak break ngegym malah pola makan ga kejaga. Pengen deh pola makan sehat buat jangka waktu lama, tapi emang susah banget kalo soal cemilan huhu. Semoga gue bisa istiqomah wkwk.
ReplyDeleteBtw myan juga ya ji dari 108 ke 85 itu. 6 bulan berasa lama ga? Wkwk
yok bisa yok
Deletelebih penting ngatur pola makannya kok, wi. kalo emang pengen nurunin berat badan.
gue sekarang udah mulai jarang lagi buat nyemil, karena muahal gilaaa hasuuu aku miskin. ini kenapa malah curhat
sangat terasa
soale dulu nimbang mulu
harusnya mah ga usah
Baca ceritamu kali ini, bikin saya geleng-geleng kepala. Aneka manusia ternyata lebih beragam dari dugaan. Pas kamu berjuang buat turunin berat badan, saya masih merenungi gimana naikin berat badan. Kalau saja ngemil dan banyak makan bisa bikin cepet gendut, saya sudah lompat-lompat girang dapat badan bagus. Hahaha.
ReplyDeleteTerus lanjutkan Ji ngebentuk badannya. Sehat-sehat yo!
wehehe
Deleteiya nih
pengen punya badan sixpack, biar kalo ke warung depan rumah, cuma pake singlet doang
Sebelum liat foto before after, saya mikirnya 108 kg itu gendut banget. Tapi nggak juga ternyata. Mungkin karena tinggi antum 180an ya? Jadi nggak keliatan over weight.
ReplyDeletePos-posan terbaru sama-sama berbau diet, tapi kalau saya, jujur, lagi pengen menaikkan berat badan biar levih berisi dikit. Nargetnya cuma pengen nambah 2kg. Nggak tahu, bisa terealisasi apa nggak. Hahaha.
sepertinya sih begitu ya, Nu
Deletebisa lah itu mah
semangat sobatku!
sama, aku juga sebenarnya gak laper, tapi pengen ngunyah aja
ReplyDeleteAlhamdulillah hasilnya juga kelihatan
aku juga lagi berproses nih
kuusahain untuk tiap pagi jalan kaki 1 jam. kadang sambil lari, tapi semampunya
yaa sama mengatur pola makan. tapi belum konsisten banget sih. Dalam 7 hari, aku cheatingnya 3 hari. hahaha.
Pelan-pelan... Inshaa Allah bisa kok
pasti bisa!!!
Deletesyemangat!!!
Berat saya 65 kg tapi sebelumnya cuma 50 kg, apa aku perlu menurunkan berat badan kang? Soalnya perut juga buncit.
ReplyDeletekalau emang ngerasa buncit, dan menghambat aktifitas, sangat boleh buat mengatur pola makan serta olahraga juga
Deletehehe
pas lihat foto 108 kgnya kok kayaknya nggak gemuk-gemuk amat ya. apa karena tinggi badan juga? saya lebih suka sama orang-orang yang melakukan diet secara alami maksudnya dengan mengatur pola makan dan olahraga gitu. meski prosesnya lama, tapi jauh lebih sehat.
ReplyDeleteTapi seumur-umur saya belum pernah diet. wkwkw boro-boro diet, berat badan bisa di angka 45 aj sudah seneng (selalu di bawah itu soalnya hiks..)
sepertinya emang kebantu dengan badan yang tinggi
Deletejadinya enggak keliatan gemuk-gemuk banget
tapi tetep aja, pas duduk kerasa banget
ehe
hahah
emang jalan cerita orang, beda-beda ya
Setuju setuju setuju!!
ReplyDeleteJujyur diriku suka gemesh sama anak kuda yang mereka memungkiri bahwa diet itu tidak makan, terus berharap kurus dan badan terbentuk.
Mon maap, udah g makan, kagak gerak badan, yang ada anda sedang trial menjadi manusia busung lapar.
Bukannya sehat, malah sakit-sakitan, iye g?
Aku juga setuju, diet itu kan arti sebenernya adalah mengatur pola makan, jadi ini tuh buat jangka panjang, bukan yang tren-tren sesaat terus udahan.
Pengalaman kita hampir sama Ji, aku sekarang ada di fase, ingin menjaga kesehatan, khususnya keseimbangan kolestrol, gula darah, dan asam urat. Aku sempet kecolongan, kolestrolku di atas batas wajar untuk perempuan, dan jujyur g ngerasain apa-apa, makin parno kalau tiba-tiba bibir miring. Akhirnya 2 tahun kemarin mulai deh tuh membatasi konsumsi gorengan, keterusan kan sampe sekarang, eh jadi g cemil-cemil kek dulu.
Terus kalau buat olahraga, sebelum pandemi aku jogging sama renang. Cuman kalau dari level kenikmatan, khususnya jogging, nggak ngasih aku kepuasaan, adanya kek tersiksa. Ngelakuin ini cuman gara-gara kudu gerak aja. Sampai akhirnya ngedance lagi, udah 7 bulan rutin. Nggak pernah mikir ini buat olahraga, just for having fun. Lah kata orang-orang diriku kurusan. Apa mungkin karena ngelakuinnya dengan senang dan malah ngobatin stres, ngaruh juga kali ya ke pembentukan tubuh. Kadang-kadang masih suka ngerasa emejing sama kekuatan pikiran.
kadang suka kasian sama yang mau menurunkan berat badan tapi enggak makan gitu uy
Deletekesiksa banget sepertinya
gue enggak tau juga sih, karena enggak pernah melakukan seperti itu
gue pribadi pun lebih suka pakai tali skipping gitu sih. jump ropes, kalo bahasa betawi nya
heheh
lumayan males buat jogging
mending futsalan aja
kayaknya sih sama aja deh
ReplyDeletepas liburan di jakarta, gue malah enggak pernah daftar di tempat gym yang mahal gitu
males ngeluarin duitnya
gue kebalik
kalo stress malah bisa bikin gemuk. karena pelariannya nyemil mulu
ehe
setau gue HIIT itu termasuk cardio deh
karena selain ingin kurus, gue juga ingin punya badan yang berisi. berisikan otot, lebih tepatnya
ehe