Karena jumlah mahasiswa Indonesia di Mesir serta di Jordan berbeda, maka beda pula kebiasaannya dalam mencari tempat tinggal.
Saat pertama kali gue
menginjakkan kaki di Mesir, sudah banyak senior yang menyambut kedatangan kami.
Sama seperti panitia penjemputan lainnya, mereka telah membagi kami, para anak
baru, tempat tinggal yang akan kami tempati untuk satu tahun ke depan. Dan tahun-tahun
selanjutnya, sudah dipersilahkan untuk brantem sama orang Mesir saat mencari
rumah.
Emang kadang begitu yang sering
gue rasakan saat di Mesir. Ada aja yang rese. Mau gue slengkat lehernya, tapi
badan nya geude banget. Mau gue jambak jenggotnya, nanti disiram bensin. Aku kan
takut.
Gilani, su
“Orang Mesir itu ada dua jenis.
Kalau enggak keturunan Nabi Musa, ya keturunan Fir’aun”
Mungkin anggapan mereka setelah
kami tinggal setahun di Mesir, kami para anak baru, sudah lumayan bisa
berbahasa amiyah. Jadi untuk mencari tempat tinggal, serta berbicara ke
penyewa rumah sudah bisa. Meskipun begitu, para senior akan dengan senang hati
membantu kok.
Kayaknya.
Agak enggak yakin gitu ya gue.
**
Dengan banyaknya mahasiswa
Indonesia yang berada di Mesir, merupakan hal wajar jika satu rumah di isi oleh
banyak orang.
Saat gue anak baru, gue tinggal
bersama tujuh orang lainnya. Padahal kamar yang ada hanya dua. Keren, kan?
Bahkan ada juga yang satu rumah
berisikan belasan orang. Tapi memang, rumahnya pun mempunyai ukuran yang luas. Kira-kira
kalau dijadikan tempat balapan liar, bisa lah.
Apakah gue pernah balapan liar?
Tentu tidak.
Bukan. Bukan gitu pertanyaannya
ya.
Apakah aku sayang kamu?
Iya.
Duh, enggak lucu lagi. Maap ya.
Apakah gue pernah tinggal di
tempat seperti itu?
Pernah.
Tempat tinggal yang gue tempati
tersebut, merupakan tempat tahfidz. Jadi wajar saja, banyak yang tinggal di
sana. Selain belasan orang yang tinggal di sana, masih banyak juga orang-orang
yang datang ke tempat tahfidz ini di pagi hari. Gue hanya sempat tinggal selama
sepuluh bulan, sepertinya. Karena merasa panas aja gitu.
Enggak. Enggak gitu. Akhlak gue
enggak se-setan itu kok.
Se-setan ini bahasa apaan
bgsaat!
Saat tinggal di tempat
tersebut, ada satu hari yang selalu bikin mood gue jelek. Yaitu hari piket
masak.
Dengan skill di bawah rata-rata
dan harus menyajikan makanan belasan orang, rasanya mau nangis aja gitu.
Dari sepuluh bulan itu, gue
hanya ingat tiga masakan yang telah gue buat.
Pertama, ikan goreng.
Kedua, telur balado.
Dan yang terakhir, spaghetti.
Perlu diingat, semua masakan
tersebut selalu disajikan dengan nasi putih.
Spaghetti serta nasi putih, memang kombinasi yang cocok sekali.
Baca juga: Perbedaan jajanan pagi di Mesir dan di Jordan
**
Berbeda dengan di Mesir yang banyak
dijadikan oleh banyak orang untuk menuntut ilmu di Al-Azhar, jumlah mahasiswa
Indonesia di Jordan tergolong sedikit,. Sehingga tempat tinggal-nya pun
berbeda.
Di Jordan, satu kamar biasanya
di tempati seorang sendiri. Paling banyak dua orang.
Yang gue tahu sejauh ini.
Jadi lebih terasa nyaman. Mau joget
di kamar sendiri, ya enak. Karena enggak diperhatikan oleh tatapan orang lain. Menyalakan
musik favorit pun, ya silahkan. Karena enggak perlu takut orang lain enggak
cocok dengan genre musik yang kita suka. Lebih terasa privat aja gitu.
Sejauh ini ada banyak hal yang
gue suka lakukan sendiri di kamar. Salah satunya ya... kayaknya enggak perlu
gue tulis deh.
Berbeda seperti di Mesir, yang
seolah enggak ada ruang privasi.
“Si Penyu mau nikah katanya dia”
“Lah, beneran?”
“....”
Biasanya hal seperti itu akan
terjadi saat makan bersama.
Merupakan suatu hal yang
sia-sia jika curhat ke anak rumah.
Tapi, sepertinya di sini pun
seperti itu. Gue nya aja mungkin yang jarang keluar kamar.
**
Saat tinggal di Mesir yang
biasanya dihuni oleh sembilan orang, rumah kami hanya terdapat satu kamar
mandi. Biasanya akan ada bunyi piring pecah, karena memperebutkan siapa duluan
yang akan masuk kamar mandi.
Enggak deng. Terlalu berlebihan.
Ketika rumah sedang ramai, gue
lumayan jarang bisa menikmati momen buang air besar. Karena akan ada aja yang
mengetuk pintu menyuruh agar cepat keluar. Padahal celana yang gue gunakan,
baru turun sampai lutut. Proses nurunin celana sendiri aja belum khatam, udah
ada yang mengetuk pintu. Mantap, kan?
Saat tangan mengarah ke tempat
sabun di samping keran air, akan ada sabun batangan kecil yang ditumpuk di
sabun yang lebih besar. Yang kecil berwarna kuning, sedangkan yang besar
berwarna ungu. Kontras.
Enggak heran sabun rumah cepat
habis, karena sabun itu yang kami gunakan bersama. Belum lagi jika ada
temen-temen yang menginap, pakai sabun itu juga.
Sepertinya anak rumah enggak
akan mau membeli sabun cair. Selain mahal, sabun tersebut akan habis sebelum
seminggu setelah ditaruh di kamar mandi.
Lalu, saat mentap pojok kanan,
sudah ada tumpukan sikat gigi yang jumlahnya melebihi anggota rumah. Biasanya bertambah
2x lipat dari jumlah seharusnya. Jika anak rumah gue ada 9 orang, sikat gigi
yang ada di kamar mandi bisa mencapai belasan sikat gigi. Enggak tau siapakah
pemilik sikat gigi yang ada di kamar mandi rumah. Punya siluman mungkin. Enggak
paham juga aku mah.
Di atas westafel sudah ada
pasta gigi yang sudah terbelah menjadi dua. Saat melihat keduanya, sudah enggak
ada lagi sisa pasta gigi yang bisa digunakan. Bersih. Jika berada di posisi
itu, gue akan tetap kumur-kumur dan menyikat gigi tanpa menggunakan pasta gigi.
Lalu setelah proses menyikat
gigi, yang tentunya enggak ber-efek juga, gue akan menyalakan kran air dan
mulai ritual penyucian badan.
Proses mandi setiap anak rumah
berbeda, tergantung gayung yang digunakkan. FYI, di Mesir serta di Jordan itu gue
enggak pernah melihat ada penjual gayung. Lalu apa yang kita gunakan? Kadang memakai
mangkok, atau wadah bekas eskrim. Segala perabotan rumah yang gue tempati,
punya fungsi ganda.
Tapi sejauh gue tinggal, enggak
ada anggota rumah yang mandi menggunakan gelas atau pun cangkir.
Sepertinya.
Kamar mandi gue di Mesir akan
sangat berharga sekali di saat hari-hari tertentu. Contohnya, ketika hari raya
Idul Fitri. Setiap orang yang ada di dalam kamar mandi, akan selalu merasa
enggak tenang. Pasti akan ada saja orang yang mengetuk pintu agar orang yang di
dalam segera keluar. Tapi ada pengecualian untuk satu anak rumah.
Jika ada satu anak rumah ini,
kita anggap saja dia si anjiir-lah-mandi-nya-lama-banget-bangsat, telah masuk
kamar mandi, kami para anak rumah yang lainnya hanya bisa berharap kepada
Allah.
“Yah, kita kayaknya baru mandi
pas Idul Adha nih”
Baca juga: Pengalaman umroh backpacker selama sebulan
**
TENTU SAJA SEMUA HAL YAN GUE TULIS SEBELUMNYA, ENGGAK GUE TEMUI DI JORDAN!
Ini kenapa semangat banget gue nulisnya.
Gue bisa mendapatkan ketenangan
saat membuang air besar. Karena, selain jumlah anak rumahnya yang enggak
sebanyak di Mesir, tempat yang gue tinggali mempunyai dua kamar mandi. Gokil!
Enggak ada lagi tumpukkan sabun
batangan di tempat sabun. Ataupun potongan pasta gigi di westafel. Shampoo sachet-an,
yang satu sachet-nya bisa digunakkan dua kali sudah enggak ada lagi. Lalu,
sudah enggak akan lagi gue temui sikat gigi siluman di kamar mandi.
Semakin ke sini gue merasa,
kehidupan yang tenang itu merupakan suatu hal yang harus disyukuri.
Semua kehidupan gue selama di
Mesir dulu semuanya berubah saat tinggal di Jordan. Karena tentu saja hal yang
gue sebutkan di atas bisa terlaksana karena gue memakai peralatan kamar mandi
milik teman.
Aku bangga dengan diriku
sendiri!
Rasanya gue enggak perlu merasa aneh ya, kalau banyak orang yang ingin menggampar muka gue ini.
Seru yaaa, hehehe, saya nggak bisa membayangkan hidup satu rumah dengan delapan orang dan harus rebutan kamar mandi setiap harinya plus harus masak banyak 😂 mungkin saya hanya bertahan sehari di sana. Jadi saya masih tetap salut karena mas Fauzi kuat bisa bertahan sampai sepuluh bulan. Tepuk tangaaan 👏 🤣
ReplyDeleteEniho, itu bagaimana caranya makan nasi pakai spageti, hahaha. Saya langsung mengira-ngira rasanya akan seperti apa 😂 mungkin mirip dengan makan nasi pakai Indomie kali, yah hehehehe.
Nonetheless, selamat menikmati rumah barunya mas. Yang lebih nyaman dan tentram karena bisa punya kamar sendiri dan kamar mandinya pun ada dua. Semoga betah di sana dan lancar studinya 😁
jadi terharu bacanya
Deleteoh tentu saja, setelah piket masak tersebut, saya enggak ikutan makan.
hahah
amiiinn
syukronn!!
Gila, sabun cair mah boros banget. Gue juga kurang cocok entah kenapa. Wanginya lebih sreg yang sabun batangan.
ReplyDeleteSembilan orang ya, tambah satu lagi bisa tanding futsal tuh. Di rumah gue kamar mandi ada dua, tapi tiap kali Jumatan aja masih tetap rebutan. Efek mandinya pada mepet jam 12. Berhubung di rumah ada tiga lelaki, satu-satunya yang nunggu bakal apes banget. Ahaha.
Makan mi pakai nasi sih buat gue masih oke ya. Karena kan keriting bentuknya. Bumbunya juga mendukung. Ini spageti yang minya lurus-lurus dan pakai saos khusus, jelas lebih cocok langsung makan gitu aja. Masa masih dicampur nasi. Ahaha. Tapi gue paham sih gimana rasanya lapar. Gue pernah dalam keadaan kepepet, terus makan seblak, somay, dan cireng yang jenis isian gitu pakai nasi. :(
makanya hampir tiap minggu bakalan ada futsalan
Deletehahahah
biasanya lu yang jadi orang terakhir itu, Yog?
gue masih enggak kebayang makan seblak, somay ataupun cireng pake nasi
lu menghancurkan tatanan jajanan enak, Yog
Hidup sabun batangan! Ntah kenapa pernha nyoba berbagai macam sabun cair, gak kesat di kulit. Kesannya kayak masih berdaki, ga bersih. Padahal pernah dibilangin teman, justru itu efek moisturizing nya. Tapi kalo sabun dipake buat orang banyak gitu, mending sabun cair sih buat saya. Geli duluan kalo dibayang-bayangin tuh sabun batang habis 'bergerilya' di tubuh orang lain wkwk. Atau ya solusinya punya sabun dewe-dewe :)
ReplyDeleteBerarti, analoginya, kehidupan di Mesir seperti desa yang guyub. Sedangkan Jordan adalah kompleks perumahan elit. Benar begitu?
engga usah dibayangin. ga akan kuat
Deletekayaknya enggak juga deh
hal itu hanya berlaku di gue aja
enggak semua pelajar indonesia di Mesir, mengalami pengalaman yang sama seperti gue
ehe
Rasanya memang tidak enak kalo tinggal sekamar dengan banyak orang, tidak ada privasinya ya kang, mau nyetel musik atau joget-joget nanti yang lain pada lihat. Ih, itu anak kesurupan jin Firaun apa ya.
ReplyDeleteBegitu juga kalo mau mandi atau Neil, baru duduk sudah ada yang gedor pintu. Haduh, emang ada razia apa.
Berarti enak tinggal di Jordan saja ya.😃
Awal di Jordan, berarti langsung nyari kontrakan sendiri, Zi?
ReplyDeleteSekamar bisa berisi 9 orang itu, jadi kayak anak pondok nggak sih? Dulu pernah maen ke sepupu yang mondok gitu, sekamar juga diisi rame-rame. Dan yah, memang privasinya kurang terjaga. Hahaha.
Kalau dari pengalaman pribadi, sabun batang itu lebih keset di badan. Kalau sabun cari, kayak masih licin-licin, meskipun udah berapa kali dibilas pakai air. Tapi kalau urusan pergi-pergi, sabun cair tetap andalan sih. Lebih praktis.
Hahaha aku ikut membayangkan rasanya makan spagethi pakai nasi seperti apa 😂 rasa-rasanya sih, jadi lebih aneh dibanding makan nasi dengan indomie 😂
ReplyDeleteSeru juga kalau tinggal ramai-ramai gitu ya Kak, ada aja kejadian ngeselin yang kalau diingat malah jadi lucu 😂
Terus, apakah akhirnya kalian baru bisa mandi setelah Idul Adha? Wkwkw. Ritual mandi si orang yang menyebalkan itu memangnya seperti apa? Bisa sampai selama itu 😂
Tapi memang, hidup dengan tenang lebih enak karena jadi bebas mau ngapain aja sesuka hati hahaha
Fabulous post
ReplyDeleteWahhh kalau dalam satu kamar ada banyak orang seperti itu bisa gila sih saya, kalau sekedar untuk mengobrol saja sih gapapaa... Tapi, kalau sampe dempet-dempetan, apalagi kalau mau kerjain tugas ada yang berisik gitu paling gak bisa.. Memang butuh ketenangan, kadang 1 kontrakan yang isinya ada beberapa kamar aja udah lumayan menguras pikiran apalagi 1 kamar ada beberapa orang hihi.. Tapi ya mau gimana lagi kan ya, oiya kalau soal biaya apakah 1 kamar itu tetap harganya atau harga normal dibagi jumlah orang yang ada di kamar itu.. Kalo normal lalu dibagi ke jumlah orang yang ada di kamar itu, enak dong. Murah hihi
ReplyDelete"Spaghetti serta nasi putih, memang kombinasi yang cocok sekali."
ReplyDeleteI CAN RELATE AOWKOWKWOKWKOKWOKOWOKWOKWOKWOKWKOKOW
Fabulous blog
ReplyDeletePlease read my post
ReplyDeleteJi, berasanya kayak idup di asrama ya? Apa jangan-jangan pesantren, soalnya blog kamu kan mahasantri, santriwan, santriwati. Aku bermaksud ngelucu, tapi kok garing, eh ini ketularan ente woy kalo nulis pake candaan! 🤣
ReplyDeletePas di bagian, orang Mesir kalau g kayak Nabi Musa ya kek Firaun, ngakak itu!!! 😂
Ini seriusan? Apakah orang Mesir yang seperti Nabi Musa bisa membelah lautan juga? Atau piramida di Mesir adalah kepemilikan orang Mesir dalam kategori Firaun?
Oke, mulai ini, mulai ketularan!