Mungkin gue lumayan telat untuk menuliskan, bahwa tahun ini yang gue ingat hanya lah bulan Januari, Febuari, lalu Desember.
Tapi ya bodo amat lah ya.
Banyak hal yang direncakan
gagal dilakukan di tahun ini. Tapi banyak hal juga yang bisa dipelajari dari
tahun ini. Karena, ya percuma aja kan untuk mengeluh terus-menerus dan enggak
belajar dari hal tersebut?
Jika hidup hanya mengejar apa
yang kita inginkan, dan melupakan untuk bersyukur terhadap apa yang kita punya
itu rasanya sangat melelahkan. Jadi, gambaran besar pelajaran yang bisa gue ambil di
tahun ini adalah perbanyak bersyukur dengan apa yang dipunya saat ini.
Punya badan sehat, nafsu makan masih ada, bisa istirahat dengan tenang meskipun di dalam mimpi yang keluar adalah sosok wanita yang tidak diinginkan. Ya emang diri kita enggak bisa memilih mimpi apa yang ditunjukkan. Tapi, masa di dunia nyata hal tersebut susah dijadikan kenyataan, dalam mimpi juga enggak bisa sih.
Terus, udh selesai tulisan nya?
Tentu saja tidak, anak kuda!
Gue biasanya selalu mengeluh dengan kemampuan gue untuk bersosialisasi terhadap orang lain. Tapi perlahan (baca: kadang-kadang) mulai bisa untuk melakukan hal tersebut. Sekarang ini gue jauh dari teman-teman gue yang dulu di Mesir. Udah enggak ada lagi kegiatan untuk mendatangi cafe bersama-sama lalu menikmati pertandingan bola. Udah enggak ada lagi teman-teman yang online, saat gue membuka aplikasi permainan di smartphone yang gue miliki. Dan masih banyak lagi yang lain.
Gue sadar, ternyata lingkaran
pertemanan itu selalu berganti-ganti. Ada yang pergi, dan ada yang datang. Semua
orang memiliki kesibukan dan skala prioritas yang berbeda-beda. Di saat dulu,
nongkrong bareng adalah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Mungkin saat
ini, teman gue enggak melihat hal tersebut seru untuk dilakukan sekarang ini.
Dia akan lebih memilih untuk tinggal di rumah dan menghabiskan waktunya untuk berbicara
seharian dengan pasangan nya.
Jika dulu temen gue adalah si
kancil anak nakal suka mencuri ketimun ayo lekas diburu jangan diberi ampun.
Itu lirik lagu, bangsat!
Mungkin di tahun-tahun lalu
memainkan game terasa seru untuk dilakukan, mungkin teman-teman gue
sekarang tidak merasakan hal tersebut. Mungkin masih seru sih, tapi frekuensi
untuk memainkan nya jauh lebih sedikit, ketimbang dulu. Sekarang, lebih memilih
untuk mengurus anaknya.
Itu di tahun-tahun sebelumnya.
Di saat gue masih remaja.
Mau nulis ‘ketika gue imut’
rasanya kurang cocok. Karena seinget gue, diri gue imut saat masih berumur 7
bulan. Bulan ke-8 udah amit-amit.
Baca juga: Apa semua anak kecil baik?
Dan di saat sekarang ini,
lingkungan gue berisikan anak-anak remaja. Rasanya kayak ditarik lagi gitu.
Kalian enggak tau deh pokoknya.
Dih, sok pinter, asu
Meskipun kebanyakan dari mereka
berumur di bawah gue, tapi kepintaran nya itu melebihi diri gue sendiri. Faktor
umur tuh memang enggak berjalan lurus dengan kepintaran memang.
Yang paling terasa adalah
dengan diri gue yang selalu membatasi diri ketika berada di lingkungan saat
ini. Perkataan harus dijaga, karena bagaima pun juga gue lebih tua. Enggak bisa
se-enaknya datang ke sebuah acara, lalu banting kursi.
Uhm... kalau ini, sebenernya
mau sama yang seumuran pun, gue enggak pernah melakukan hal seperti ini juga
sih.
**
Pelajaran selanjutnya yang bisa gue ambil itu mungkin jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan. Sangat wajar, dan merupakan hal yang boleh dilakukan untuk menuliskan segala kegiatan atau hal apapun di beberapa tahun ke depan. Tapi, jika kemudian memikirkan hal tersebut terus-menerus tanpa melakukan apa-apa, ya sama aja bohong.
Ibaratnya saat ingin mencukur
kumis, tapi kumis orang lain yang dipotong.
Enggak, ini enggak masuk
analogi nya.
Ya ibaratnya seperti mau makan
tahu, tapi beli nya bunga matahari ya Hamtaro berlari tuk tuk tuk Hamtaro
berlari Hamtaro berputar di atas roda putarnya.
INI LU NULIS APAAN SIH, SAT!
Gue kurang pinter untuk membuat
analogi, jadi skip aja lah ya.
Beberapa kali ada teman-teman
gue di sini yang mulai bercerita ke gue tentang apa yang difikirkan nya. Ya sebagai
pendengar yang baik, tentu saja gue sembur mukanya.
Enggak, enggak gitu dong ya.
Jangan ngadi-ngadi antum.
Ada beberapa hal yang mereka
sampaikan, lalu akan gue jawab sesuai kemampuan gue.
Beberapa ada yang ingin hidup seperti layaknya seleb. Enggak salah sih sebenarnya. Tapi sepertinya, leih baik berhentilah menggantungkan harapan untuk menjadi seleb, jika titik mulainya aja sudah beda jauh gitu. Kan, bisa jadi yang lain.Â
Contohnya jadi mas-masa biasa gitu.
Mungkin dari omongan mereka,
gue pun juga jadi sempat berfikir. Usaha yang dilakukan kok engga sesuai dengan
hasil. Sebagai seorang umat beragama, gue percaya dengan kekuasaan Yang Maha
Penguasa alam semesta. Usaha yang dilakukan sebagai bentuk ikhtiar, lalu jangan
lupa untuk selalu berdoa. Minta doa juga jangan lupa. Kan diri kita enggak tau
juga, jika doa orang lain langsung diijabah oleh Yang Maha Penyayang.
Sepertinya enggak baik juga
untuk selalu berfikir,
‘Kok Tuhan begini banget sih
sama gue’
Bukannya lebih baik untuk
berfikir,
‘Pasti Allah punya rencana lain
yang lebih bagus dari ini’
Gue merasa bijak banget setelah
nulis paragraf sebelumnya itu. Iiih aku bijak banget deh.
Lah, sok asik, su!
Baca juga: Apakah hidup adalah sebuah pilihan?
**
Nah, bagaimana dengan kalian?
Hal apa yang bisa dipelajari di tahun ini?
Hmm, jadi mas-mas biasa juga enggak buruk. Dikenal banyak orang atau jadi seleb malah kayaknya merepotkan. Salah satu karakter anime yang gue tonton bahkan pernah bilang, apakah dalam hidup harus menyelesaikan suatu karya? Hidup aja udah cukup, kok. Haha.
ReplyDeleteGue belajar lebih hemat dan menerima keadaan mungkin. Belajar memandang dunia tanpa harus menggunakan teropong. Karena sebelumnya melihat terlalu jauh bikin gue sering dihantui gangguan kecemasan. Sekarang lihat yang dekat-dekat aja, fokus sama itu. Lumayan membaik.
Semoga rencana-rencana tahun ini yang sempat tertunda bisa terwujud pada tahun berikutnya.
Apa yang dipelajari tahun ini? Banyaaak. Banyak banget ji. Gimana caranya jadi kurus dengan olahraga dan clean food. Gimana caranya bertahan di lingkaran orang-orang toxic, gimana caranya be4damai dan hepi-hepi aja sama partner. Gimana caranya balikin mood baca yang semakin anjlok :(
ReplyDeleteYa pokoknya banyak. Btw lu ga pulang ke indo ji? Wkwk
Belajar ikhlas karena rencana-rencana yang ada hancur berantakan. Hmmm klise abis ya, tapi ya emang gitu kok.
ReplyDeleteSelain itu, belajar untuk tidak mengumpat sembarangan dan memperhatikan intonasi saat berbicara hehe
sejak pandemi, saya belajar seni mindfulness
ReplyDeleteya udah nikmati apa yang ada
makan, napas, minum, mandi, liat TV
apa yang saya jalani saya coba nikmati
tapi engga memaksa menikmati karena jujur siapa sih yg bisa nikmati di 2020 ini
saya sepakat dengan pertemanan yang datang dan pergi
memang tiap orang punya prioritas
semakin bertambah usia, maka lingkar petemanan akan semakin kecil
yah mau bagaimana lagi
yang penting bagi saya tetap jalin silaturahmi meski tidak seintens dulu