Bagi mahasiswa yang merantau di negri orang, gue pernah kefikiran untuk bisa mengunjungi negara-negara lain. Meskipun, gue enggak mempunyai uang banyak. Untuk saat ini. Kemarin juga sama aja sih.
Atau seenggaknya, gue bisa keluar bandara di saat transit. Lalu menjelajahi negara tersebut seharian.
Dan hal itu benar terjadi di beberapa hari yang lalu.
Keberangkatan gue menuju tempat rantau, di Yordania, harus melalui negara Turki sebagai tempat transit. Mungkin, memang karena gue memilih menggunakan pesawat Turkish Airlines sebagai kendaraan gue menuju tempat rantau. Sehingga tempat transitnya adalah Turki.
Sebelumnya, gue sama sekali enggak pernah menggunakan Turkish Airlines sebagai pesawat yang mengantarkan gue menuju tempat rantau. Ataupun dari tempat rantau menuju tanah air. Sehingga, gue penasaran untuk menggunakannya.
Paragraf yang gue tulis di atas, sebenarnya biar tulisan ini agak panjang aja. Karena sejatinya, alasan gue menggunakan Turkish Airlines, karena tiketnya murah.
**
Jam menunjukkan waktu 4 pagi di Turki. Setibanya di sana, hal yang mesti gue lakukan adalah mencari koneksi internet. Untuk mengabarkan teman gue, yang merangkap sebagai tour guide, bahwa gue sudah sampai di bandara Istanbul.
Dan tentu saja, enggak semudah itu.
Di bandara Istanbul, tiap orang yang mau mengakses wifi, harus mendaftarkan paspor nya di suatu mesin. Sebetulnya ada pilihan untuk menggunakan nomor telefon, tapi setelah gue coba berkali-kali tetap enggak bisa. Lalu setelahnya baru bisa mengggunakan jaringan internet selama satu jam.
Cuma satu jam.
Gue datang jam 4 pagi.
Temen gue belum bangun.
Pelit banget ngehe cuman sejam doang.
Setelah membayar biaya visa on arrival sebanyak 35 dollar, tangan gue mulai meng-scroll chat Whatsapp dengan adik gue. Sebenarnya, gue sudah diajarkan oleh adek gue situasi di negara Turki. Tapi, karena enggak merhatiin, jadinya… ya gitu lah ya.
Untuk bisa menuju Hagia Sophia dari bandara adalah dengan menggunakan bus Havaist nomor 12. Yang terminalnya terletak di lantai dasar.
Biaya untuk menggunakan bus ini sebesar 35TL. Dan bus ini akan membawa para penumpangnya ke daerah yang bernama Beyazit Maydan. Yang mana, daerah ini sudah dekat untuk menuju Hagia Sophia.
Jarak dari Bayazit Maydan menuju Hagia Sophia sekitar 1km. Kalau jalan kaki kisaran 15 menitan lah. Tapi, untuk yang pertama kali ke Turki, cobain aja jalan kaki. Suasana nya enak kok.
Tapi, kalau mau naik taksi dari bandara menuju Hagia sophia, lalu keliling di negara ini menggunakan taksi, ya enggak ngelarang juga sih.
**
Beruntungnya, saat tiba di Bayazit Maydan gue bisa terhubung dengan internet. Semua ini berkat adek gue juga sih. Karena, cara untuk menyambungkan ke wifi yang ada, harus menggunakan nomer Turki dan juga beserta passwordnya.
Setelahnya, berita enggak enak pun datang.
Teman gue mengabarkan bahwa dirinya enggak bisa menemani perjalanan gue di Turki karena harus masuk kerja.
Tentu saja gue enggak panik. Karena untungnya, gue masih ada teman lain yang bisa dihubungi.
Saat gue mengabarkan bahwa gue telah sampai di Bayazit Maydan, respon dia hanya berupa, ‘Udah lu tunggu aja. Sekalian berjemur’. Teman yang sangat pengertian sekali.
**
Tempat yang pertama kali gue kunjungi, tentu saja Hagia sophia. Ternyata emang bagus. Meskipun, warna cat luarnya mulai memudar. Penting banget anjir.
Karena kebetulan sekarang ini sedang musim panas, banyak turis-turis yang berdatangan. Cakep-cakep banget lagi. Asli.
Kok norak banget sih gue.
Kedatangan gue kali ini bertepatan dengan hari Jumat. Dan berhubung sekarang Hagia Sophia telah menjadi masjid, gue bisa jumatan di sana. Kesannya keren juga ya.
“Gue mau jumatan dulu di hagia sophia. Ntar gue langsung ke Yordan”
Kok norak banget sih gue (2)
Kalau memang mau salat jumat di hagia sophia, baiknya mending masuk lebih awal. Karena, gerbangnya akan ditutup saat sudah ramai. Saran gue sih, mending masuk satu jam atau 30 menit sebelum adzan sih.
Meskipun gue enggak tau isi khutbahnya apa, karena ya tentu saja khotibnya ngomong bahasa Turki bukan bahasa Sunda, gue lumayan menikmati suasana serta arsitektur bangunannya. Yang menarik perhatian gue adalah ketika khotibnya ini membawa pedang. Meskipun di saat khutbah, pedang nya pun ditaruh di samping nya. Entah itu pedang asli atau bukan, tapi pemandangan seperti ini merupakan pertama kali nya untuk gue.
Dan juga di saat salat, ternyata jamaah di sini tidak membaca Amin sekeras di masjid Jakarta. Untungnya, gue pun juga enggak teriak. Jadi enggak tengsin lah ya.
Kebayang enggak sih, seusai imam mengucapakan ‘Wallad doolin…’ terus lu udah mau teriak, tapi ternyata jamaah lain melafadzkan ‘Amiiin’-nya pelan?
**
Perjalanan di Istanbul, bertambah lebih ramai lagi, karena teman adek gue akhirnya sampai di Hagia sophia. Karena rumahnya yang berada di kawasan Asia, sehingga butuh waktu lebih lama untuk datang ke tempat ini.
Di sini sebetulnya gue mulai panik.
Enggak pernah ketemu sebelumnya, ngobrol pun hanya sekadarnya saja, tapi gue mengajak manusia ini untuk ketemu.
Kadang, gue malu punya kelakuan random seperti ini.
**
Seusai berjibaku dengan puluhan jamaah lain untuk keluar dari masjid Hagia Sophia, kita memutuskan untuk pergi ke tempat makan. Untungnya, makanan di sini enggak se-aneh makanan Mesir, ketika awal gue mencicipi nya. Makanan di sini, menurut gue lebih bisa masuk ke lidah orang Indonesia. Yang membedakan dari rumah makan ini, hanyalah enggak ada musik sunda nya aja.
Tene ne ne net.
Kayaknya, gue enggak usah ngelucu lagi ya.
Untungnya, teman gue serta teman adek gue ini pernah ketemu sebelumnya. Jadi, mereka akrab, gue pun juga bisa mengimbangi obrolan mereka, lalu kita pun akhirnya bisa menyanyikan lagu sunda bareng.
Kaga lucu, sat!
**
Menurut gue, seharian di Istanbul sudah cukup memuaskan rasa penasaran gue akan negri Turki ini.
Apalagi gue sempat berkenalan dengan penjual es krim Turki yang tangannya iseng banget. Untungnya, tangan gue berhasil menjambak jenggotnya. Jadi, enggak dipermainkan lebih lama lagi. Coba aja nanti kalau datang ke penjual es krim ini, yang berada enggak jauh dari Bayazit maydan, sebut nama Fauzi. Gue yakinnya juga dia enggak kenal. Paragraf ini, gue ngarang aja sih.
Jajanan yang enggak begitu mahal, makanan nya yang enak, kendaraan yang bermacam-macam, dan orang nya lebih kalem.Sebenarnya relatif ya. Gue mengacu ke orang-orang Mesir soalnya. Yang mana, mereka orang-orang Mesir ini kalau ngomong lumayan kenceng, banyak yang sksd. Tapi, aslinya banyak yang baik-baik.
Jadi, jikalau sedang berpergian ke suatu negara dan transit di negara Turki. Ambil yang waktu transit nya lama, lalu keliling kota Istanbul.
**
Karena di Turki gue hanya transit, lalu setelahnya melanjutkan perjalanan lagi, sehingga tes PCR gue dari Jakarta kemarin masih beralaku. Hasil tes PCR enggak diminta lagi ketika gue sampai di bandara Turki setelah seharian berada di luar bandara. Toh, tiket keberangkatan gue dari Turki ke Yordania pun telah gue pegang. Jadi aman.
Hal ini yang sebenarnya gue fikirkan ketika sedang jalan-jalan mengeliling Istanbul.
Semoga membantu!
Itu satu jam doang akses wifi selama sehari, tapi nanti logout dan masuk lagi dapat sejam atau udah sejam aja, sih? Kebangetan amat kalau emang cuma sejam. Haha.
ReplyDeleteSyukurlah ada kawan lain yang bisa. Agak lucu aja nekat sendirian di negeri yang sebelumnya asing (bukan tujuan rantaunya).
Jadi mupeng pengin ke Hagia juga. :(
Beneran sejam doang
DeletePas, gue balik lagi ke bandara buat ngelanjutin penerbangang, udah ga bisa nge akses wifi bandara uy :(
Tapi, kayaknya sih kalo gue udah paham cara buat bolak balik bandara, dan juga tau tempat apa yang dituju, kayaknya gue berani aja sih.
Hayuk, nabung
Wah seru banget jalan² di turki, someday i will go to there 😊
ReplyDeleteAmiinn :)))
DeleteSi kamvvreet syekalii bagian "tene ne ne net" gue baca pake nada suling bambu ala telaga sampireun sambil makan ikan bakar+sambel2annya hadeeeuuw wkwk.
ReplyDeleteEnak jg ya transit bsa sklian jalan2 kliling negara itu. Emak gue kmren balik dari malay tdnya mau transit singapore dlu shri, akhirnya gajadi, srptinya mak gue gabut klo sndirian dan kelamaan transit hahaa. Wanjaay, khotbah sambil bawa2 pedang.. gue jd terbayang sinetron turki yg ada di net tiap malem yakk. Gue cuman ngerti pas mereka teriak "Allahuakbar" nya aja pas mau perang. Pasti brasa lg nnton khutbah tanpa subtitle itu yaa.
Nah itu dia yang gue maksud!!
DeleteSuling bambu
Karena gue enggak pernah nonton film Turki, rasanya sih enggak kayak lagi nonton film.
Kayak denger orang kumur-kumur aja sih, karena gue engga paham ucapan mereka.
Woah pengalaman yang seru! Berapa jam transitnya bang itu?
ReplyDeleteKalau di mesjid deket rumah, kalo khotbah seringnya bawa tongkat panjang gitu bang.. Jangan-jangan ngadopsi dari turki kali ya.. Soalnya kalo bawa golok kan ya serem juga di Indonesia :))
Poto-potonya bagus, makasi infonya bang!
Wahh senang banget bisa jalan-jalan ke turki ya mas, semoga aku bisa jalan jalan kesana juga mas.
ReplyDelete