Day 28: Write About Loving Someone
Sudah beberapa bulan terlewati sejak terakhir kali gue menaksir seseorang. Di awal rasanya sangat menyenangkan, hari-hari yang terlewati bersamanya terasa sangat nyaman. Tapi, semua itu berubah ketika gempa yang terjadi di Turki.
Sebenarnya rangkuman untuk tema kali ini sudah sangat terjelaskan dalam paragraf pertama tulisan gue. Tapi, enggak apa-apa deh gue mau cerita aja. Meskipun enggak semuanya, minimal gambaran besarnya saja lah ya.
Perempuan ini sosok periang, selalu memberikan vibe positif, dan gue selalu senang terhadap orang yang memberikan vibe positif entah itu perempuan ataupun laki-laki. Dan jika gue me-recall ingatan masa lalu, sepertinya mantan gue selalu memiliki vibe yang positif. Yah, kalau mereka mempunya vibe yang negatif, enggak akan mungkin gue jadiin pacar sih.
Pendekatan yang gue lakukan kurang lebih sudah berjalan beberapa bulan dan selalu intense. Wajar sih, karena ya gue yang naksir duluan gitu. Dan dia pun memberikan kesan yang sama terhadap gue.
Sekarang ini ada perubahan yang terjadi dalam diri gue ketika naksir sama seorang perempuan. Jika signal yang diberikan dari si perempuan enggak cocok dengan diri gue, alias dia enggak terlihat naksir juga sama gue, pasti gue akan memberikan jarak lalu cari orang lain lagi.
Ketika gue berusia awal-awal 20 tahun, gue akan menjadi manusia bodoh yang akan tetap naksir terhadap seseorang padahal si perempuan ini enggak menyukai diri gue. Kemudian mendramatisir sebagai sosok secret admirer. Kalau gue fikir lagi, betapa tolol nya diri gue saat itu.
Gue pun merasa apakah diri gue terlihat sebagai cowo yang enggak mau berjuang, tapi capek aja sih mengejar perempuan yang enggak menyukai diri lo juga. Kayak, jumlah perempuan tuh buanyak banget nyet kenapa enggak sama yang lain aja sih. Untuk saat ini gue bisa berfikir seperti sekarang ini. Tapi, di awal-awal perpisahan dengan perempuan yang gue taksir, fikiran gue “Ya gue maunya sama dia, anjing lah”. Agak maksa dan sangat bodoh.
Dan ketika hubungan gue dengan perempuan ini berjalan intense gue memberanikan diri mengatakan “Kenapa kita enggak jadian aja?” dan dibagian ini cerita ngehe gue berjalan.
“Bukannya aku red flag banget buat kamu?” balas si perempuan ini.
“Ya kalo lo ref flag enggak mungkin gue ajak jadian lah, tolol” batin gue saat itu. Dan enggak mungkin gue katakan juga kan ke orang yang gue suka.
Setelah penjelasan singkat yang gue bicarakan dengannya, kemudian dia mengatakan bahwa diri gue adalah sosok yang suka berteman. Dan kemudian dilanjutkan dengan perkataannya bahwa dirinya belum bisa move on.
Bentar…
Kan selama ini gue selalu intense ya, dan dia pun juga menanggapinya. Terus bilang kalau gue suka berteman dan baru mengaku bahwa belum move on. “Lah lo kemana aja baru bilang belum move on, samsudin?”
Dan jawabanya, “Aku lupa”
Tai
**
Saat itu rasanya kayak hancur aja kepingan puzzle yang telah gue buat bersamanya. Jika bisa mengembalikan waktu, kayaknya gue akan berkata 2 hal ke diri gue sendiri.
“Jangan menggantungkan kebahagian lo di orang lain”
“Jangan pernah mencintai orang lain lebih banyak ketimbang lo mencintai diri lo sendiri”
Dan yah, begitulah kira-kira tulisan dalam tema kali ini.
Fin