Menjadi Pemula di TikTok

 Ternyata sudah ada penelitiannya, mengenai semakin sering seseorang mengkonsumsi video pendek membuat seseorang kesulitan untuk fokus. Dan dengan pernyataan tersebut, gue sudah mulai untuk mengurangi membuka aplikasi Instagram, fitur reels lebih tepatnya. Lalu, apakah dengan melakukan hal tersebut daya fokusnya meningkat? Jawabannya tidak! Karena gue memilih buka Tiktok.

Kaga jelas, Nyet!


Meskipun di tempat gue sekarang harus mengeluarkan effort lebih untuk membuka Tiktok, yang mana harus menyalakan VPN, tapi gue suka dengan medsos tersebut. Pembahasan mengenai rekomendasi hair-care, kemudian buku, flexing anak gym yang gue masih tidak mengerti kenapa harus membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Meskipun memang tidak akan terlepas dari kolom komentarnya yang agak bisa dibilang apa ya kalimat yang cocok untuk mendeskripsikannya? Goblok. Nah, itu menurut gue ya.



Menjadi Pemula di Tiktok


Alasan gue mengatakan hal tersebut karena isi komentar dari video terakhir yang gue posting. Video nya berisikan mengenai badan gue yang beratnya 108kg tapi tidak terlihat buncit, lalu komentarnya “tindihin gue dong” kan GOBLOK! Ditambah lagi, yang berkomentar adalah cowo juga. Istighfar, wahai sobat kaum sodom.


Tapi, bagaimana pun juga, 


ALOOO SEMUAAAA!!!


Sudah lama tidak update kehidupan. Terakhir sepertinya sudah dua bulan lalu ya?Sebenarnya masih menulis, tapi lebih ke niche soal olahraga angkat beban-diet-kardio dan beberapa kali membahas tentang teknologi.


Seperti di paragraf awal, sekarang gue mulai merambah ke Tiktok. Bisa di follow dengan nama akunnya madaizme. Masih membahas mengenai olahraga juga, tapi dalam bentuk medium video maupun foto. Jika melihat tren saat ini, gue sudah tertinggal jauh. Seharusnya gue bisa memulai ini dari 10 tahun lalu. Dari zaman Youtube. Jika gue melihat dari beberapa Blogger yang kemudian aktif menjadi Youtuber. Seperti bang Raditya Dika, Mas Alitt, maupun Kevin Anggara.


Better late than never, right?


Beberapa kali gue sering merefleksikan diri, mengapa ketika itu gue belum berani mencoba ya? Jawabannya, karena takut komentar orang lain. Yup, se-simpel itu ternyata.



Menjadi Pemula di Tiktok


Sering kali gue temukan, tiap kali memposting foto seusai latihan di Gym, ataupun bentuk perubahan badan gue sebelum dan sesudah rutin berolahraga di Gym, respon temen-temen gue ya tidak akan jauh-jauh dari, “Apa sih? Alay banget” “Gilani” “Najis banget, mat”.


Padahal komentar dari orang lain merupakan persoalan yang di luar kekuasaan gue kan ya? Yang bisa gue kendalikan adalah sikap gue untuk tidak merespon komentar negatif dan tetap membagikan tips maupun manfaat olahraga yang gue rasakan. Dan siapa tau di luar sana ada yang membutuhkan.


Lagi pula, keinginan ataupun mimpi yang dipunya itu tidak akan mati. Jika tidak dilakukan, mimpi tersebut hanya berakhir menjadi bentuk penyesalan. Maka dari itu, cobain aja dulu bikin video.


**


Seminggu kebelakangan ini gue sering menaiki tangga untuk mencapai puncak gedung dari tempat tinggal gue sekarang. Tiap malam serta sebelum matahari terbit, gue akan duduk di bongkahan batu, menyesap r0k0k Yordan ini yang rasanya tidak senikmat yang biasa ditemui di Indonesia, sambil sesekali meneguk oatmel yang dicampurkan susu serta telur, beuh nikmat banget.



Menjadi Pemula di Tiktok


Apa alasan gue melakukan hal seperti ini? Numpang wifi dari gedung sebelah. Karena dulunya teman gue pernah tinggal di sana, dan hape gue masih tersambung dengan wifi nya.


Sangat tidak terpuji!


Hal seperti ini bukan hal aneh, karena ketika di Mesir pun gue beberapakali pernah mencoba untuk masuk ke wifi tetangga. Kadang berhasil, kadang tidak. Lebih banyak tidak bisanya sih.Beberapa kali gue sering mendengar orang teriak, dan ternyata teriakan tersebut adalah bahasa Indonesia. Yang artinya? Nih mahasiswa Indonesia kenapa bisa seperti ini ya. Di zaman gue, akan ada senior yang memberi peringatan dan bahkan sampai memarahi orang tersebut karena tidak melakukan hal terpuji, berteriak-teriak di malam hari.


Padahal gue pun juga sedang melakukan hal tidak terpuji.


Ketika gue menemukan banyaknya orang-orang seusia gue yang sering membicarakan generasi di bawahnya, rasanya tidak ada bedanya dari sebelum-sebelumnya. Generasi yang lebih tua, merasa lebih superior dibandingkan generasi di bawahnya.

 

Ini gue ngomongin apaan sih, nyet?!


Tapi gue terkadang merenung ketika sudah duduk di rooftop gedung. Merefleksikan diri, orang seumuran gue sedang disibukkan oleh pekerjaan, rumah tangga, pasangan, dan gue? Numpang. Wifi. Tetangga. Fakinsyit!


**


Lalu, pembahasan terakhir mungkin ditutup dengan bicarain mantan gebetan.


Kalau orangnya sudah tidak mau, ya sudah. Mau dibelikan kado atau makanan pun, jika memang tidak mau, ya tidak usah dikirim. Mending tabung biar naik haji, masa kalah sama bocah 2 bulan yang sudah naik haji.


Sering kali mungkin akan kalah dan tidak bisa ber-nalar dengan baik ataupun berfikir secara benar. Ingat dengan pepatah ini,


Jika gagal, coba lagi. Kalau masih gagal, ya jangan menyerah dan coba lagi. Dan kalau masih tetep gagal, berhenti aja. Makanya jadi orang jangan goblok.


**


Dah sekian.


Lanjut misuh di minggu depan yaw!


Fin

Post a Comment

Biar gue bisa baca blog kalian juga, tolong tinggalkan jejak ya!

Previous Post Next Post

Ads

Ads